“Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti
di surga”.
Petikan diatas merupakan sepenggal kalimat dari lantunan
indah Doa Bapa Kami yang telah diajarkan Yesus Kristus kepada para murid. Dari
buku ‘Orang Nasrani, Pandu Bangsamu!’ karya Samuel Tumanggor, petikan tersebut
secara langsung menunjukkan kehendak Allah yang tidak hanya terbatas di lingkup
surga saja, namun juga yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana agar
kehendak-Nya juga terjadi di bumi. Tanggung jawab untuk bisa
menjadikan kehendak-Nya di bumi merupakan tugas yang diemban para murid saat itu, yang tentunya
hingga sekarang masih terus berlanjut, dan tanggung jawab itu diemban oleh kita
saat ini.
“Jadilah kehendak-Mu di bumi
seperti di surga”. Petikan ini menunjukkan keinginan yang sangat besar dari
Allah agar bumi dapat seperti surga. Untuk mencapai keinginan-Nya inilah maka setiap manusia ditetapkan ada, diciptakan
sesuai dengan tujuan hidupnya masing-masing agar kemuliaan nama-Nya nyata di muka bumi, inilah tujuan hidup Kristen.
Sebagai umat Nasrani yang telah mengetahui Berita tentang
Kasih Anugerah yang sangat besar itu, sudah selayaknya setiap orang Kristen
menjalankan panggilannya, tujuan hidupnya, sesuai dengan perannya masing-masing
di dunia ini. Setiap orang Kristen seharusnya menjadi berkat melalui hidupnya,
menjadi terang dan garam bagi dunia, menjadikan hidupnya kesaksian yang nyata
tentang betapa besarnya penyertaan Allah kepada setiap manusia. Setiap orang
Kristen harus menjalankan nilai-nilai kebenaran yang telah diajarkan oleh-Nya, ini semua dilakukan sebagai tindakan nyata dari iman
yang besar kepada Sang Pencipta.
Dua Kewarganegaraan
Pahlawan Nasional Johannes Leimena pernah mengatakan
bahwa umat Kristen memiliki dua kewarganegaraan, warga negara surga dan warga
negara dunia. Peran yang dilakukan dari kedwiwarganegaraan ini haruslah
seimbang, tidak timpang salah satu. Allah ingin agar manusia dapat hidup di bumi dengan
memancarkan nilai-nilai surgawi. Rencana Allah akan dunia ini akan berjalan melalui peran dari kita masing-masing.
Saat ini banyak permasalahan yang sedang terjadi di tengah-tengah
masyarakat dan bangsa. Sebagai umat Kristen, khususnya
generasi muda Kristen yang sudah menempuh pendidikan tinggi, kita memiliki peran menjadi terang dan garam, menjadi jawaban atas setiap
permasalahan yang ada di berbagai bidang kehidupan. Kita
tidak cukup hanya mempersiapkan diri kita sendiri menanti hari kedatangan Yesus
kembali dalam kemegahan-Nya, namun selama penantian itu, kita justru ditugaskan
Tuhan untuk membangun bumi menjadi indah seperti surga. Seorang pemikir Kristen, Yonky Karman dengan tegas
menyimpulkannya, “Apakah Injil
hanya berurusan dengan masuk surga, sementara kita masih hidup berpuluh-puluh
tahun di dunia. Apakah bukan tugas kita untuk melakukan sesuatu di dunia, yang
telah Tuhan titipkan kepada kita?”.
Inilah tujuan hidup Kristen, kehidupan yang bersaksi, dan
hal ini sangat terkait erat dengan kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan aspek penting untuk mendukung
efektifitas pelayanan dalam menjadi
kehidupan yang bersaksi. Kepemimpinan bukanlah posisi, tetapi
‘pengaruh’. Melalui
kepemimpinan, pengaruh baik yang diberikan dapat menjadi kesaksian yang indah
untuk melakukan perubahan di dalam lingkungan masing-masing. Setiap umat
Nasrani diharapkan menjadi pemimpin di rumah, lingkungan, kantor, gereja, dan
tempat komunitasnya masing-masing.
Belajar Memimpin
Sikap
kepemimpinan ada yang muncul dalam diri seseorang secara alami didorong oleh
pengalaman hidup dan pengalaman
dari lingkungannya. Kita harus melatih jiwa kepemimpinan
kita sejak muda. Melatih jiwa kepemimpinan tidak cukup hanya dengan membaca
teori. Kita harus mau juga untuk menjalaninya. Kita sebaiknya aktif dalam
organisasi, lembaga, persekutuan, ataupun komunitas di sekitar kita. Kita turut
mengambil bagian dalam program ataupun kegiatan yang sedang dikerjakan. Bahkan
kita juga harus berani mengambil tanggung jawab yang besar dan menjalaninya
dengan sepenuh hati.
Bertanggung
jawab di organisasi merupakan salah satu latihan penting dalam kepemimpinan.
Kita belajar tentang kerjasama tim, komunikasi efektif, mengelola tim, empati
dan kepekaan sosial, serta pengalaman menghadapi masalah. Kita juga bisa
melatih kemampuan menulis, public
speaking, dan teknik pemecahan masalah. Dan yang paling utama, kita dapat
belajar dan melatih integritas dan kejujuran kita sejak muda.
Dengan latihan dan usaha yang
terus-menerus, diharapkan nilai-nilai
kepemimpinan itu dapat menjadi karakter dalam diri kita. Dengan karakter yang
baik, kita dapat menjadi saksi yang baik. Ketika tiba waktu kita untuk terjun ke tengah masyarakat, kita akan siap mengabdi dimanapun Tuhan
menempatkan kita. Kita mampu menunjukkan jiwa kepemimpinan kita di bidang yang kita geluti. Kita akan
berusaha menyelesaikan permasalahan yang ada di pekerjaan kita, melakukan perubahan, mencari regenerasi untuk meneruskan
perubahan tersebut, dan terus berusaha hingga jadilah kehendak Allah di bumi seperti di surga.
No comments:
Post a Comment