inspirasi

inspirasi

Sunday 12 September 2010

Penikmat Wisata --> Pemrakarsa Wisata

Libur Lebaran akhirnya tiba. Kampus pun libur selama dua minggu, mulai dari tanggal 6-17 September. Berhenti sejenak dari kepenatan perkuliahan, walaupun sebenarnya gak ada juga yang dipenatkan karena toh pada hari-hari kuliah juga masih menyempatkan untuk bermalas-malasan. Padahal sudah tahun kelima. Apa diri ini berniat menjadi MA (Mahasiswa Abadi) ya, mmm, tentu saja tidak. Kata orang-orang badan ini bukan robot, sekali-kali beristirahat itu juga perlu. Tapi susah juga kalau keseringan, gak baik juga untuk kesehatan pikiran. Yaudah, cukup dengan intermezzonya, mari kembali ke topik awal lagi.

Memulai awal liburan dengan menjadi juru foto dan tour guide perjalanan beberapa puluh anak UKSU plus friend ke Pangandaran sekitarnya. Berwisata dengan rute Pangandaran-Green Canyon-Batu Hiu-Batu Karas-Citumang. Menikmati indahnya pemandangan alam Pangandaran dan Batu Hiu, lezatnya seafood khas Pangandaran, tantangan alam seperti body rafting dan melompat dari ketinggian di Green Canyon dan Citumang serta serunya bertarung melawan ombak sambil bermain Banana Boat di Batu Karas sungguh menjadi pengalaman yang berkesan di liburan kali ini.

Keramahan dari penduduk sekitar yang juga menghargai alamnya sebagai pusat mata pencaharian mereka juga patut diacungi jempol. Kegigihan warga sekitar dalam menjalani mata pencahariannya, menarik jaring ikan secara bergotong royong dari pinggir pantai, walau hasilnya tidak sesuai yang diinginkan, tawa canda masih keluar dari mulut mereka.
Menjalani Pangandaran-Green Canyon-Batu Hiu-Batu Karas-Citumang selama dua hari meninggalkan pengalaman yang sangat mengasyikkan bagi 25 orang Penikmat Wisata yang memilih menghabiskan waktu untuk berlibur kesana.

Sejenak teringat dengan kondisi pariwisata di kampung sendiri. Bagaimana dengan Penikmat Wisata disana? Apakah mereka juga memilih untuk menghabiskan waktu berlibur mengunjungi tempat wisata disana. Indahnya pemandangan dipadukan dengan kearifan lokal yang dianut oleh penduduk sekitar pastinya juga ada disana. Apakah kelebihan-kelebihan yang ada disana sudah benar-benar dioptimalkan?

Indahnya kawasan Nias dengan budaya suku disana, Danau Toba dengan beragam suku yang ada, Berastagi dengan keindahan alam gunungnya, pantai di pesisir barat Sumatera Utara yang tentunya tidak kalah menarik dengan Pangandaran, Parangtritis, atau pantai lainnya. Belum lagi indahnya Air Terjun Dua Warna yang terdapat di Sibolangit, Pemandian Air Panas di Sidebu-debu, wahana permainan di Mickey Holiday, Hill Park, dan juga Water Boom di Pantai Cermin. Dan tentunya banyak keunggulan lain yang terdapat disana.


Namun kondisi yang ada selama ini, sulitnya infrastruktrur, kesadaran masyarakat dalam melestarikan lingkungan, dan banyak hal lainnya membuat potensi-potensi itu hanya mengisi opsi-opsi terakhir dalam menentukan pilihan liburan. Apakah benar? Ini hanya asumsi saya saja. Semoga tidak.

Beberapa hari yang lalu bertanya kepada seorang teman yang berdomisili di Samosir dan menanyakan bagaimana kondisi disana saat ini. Apakah pencemaran air danau dengan kotoran dan makanan ikan, banyaknya eceng gondok, dan penebangan pohon masih menjadi santapan sehari-hari disana? Dan untungnya sang kawan menjawabnya dengan sebuah harapan, bahwa itu semua sedang diperbaiki. Masyarakat mulai sadar dan mulai memperhatikan lingkungannya. Semoga ini bisa terus terjadi dan bukan 'panas-panas taik ayam'. Dan semoga perubahan itu tidak hanya diusahakan di kawasan Samosir saja, tapi juga di seluruh Sumatera Utara pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya.

Begitu juga dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia, pastinya punya potensi-potensi pariwisata juga. Kebetulan saya berasal dari Sumut sehingga tahunya potensi wisata disana juga.

Bagaimana dengan kita?
Apa yang bisa kita lakukan?
Apakah cukup dengan menjadi Penikmat Wisata?
Atau ada hal lain yang bisa dilakukan?

Tentu banyak yang bisa kita lakukan.
Pertama, tentunya mencintai pariwisata lokal itu sendiri. Saatnya berhenti melihat halaman yang indah di sebelah rumah karena halaman rumah kita juga tidak kalah indahnya, namun belum tertata dengan rapi.
Saatnya mencoba berkunjung di halaman sendiri, sehingga lambat laun juga halaman itu akan tertata dengan rapi tergantung intensitas kita mengunjunginnya.



Kedua, mulailah kita ikut memperkenalkan tempat-tempat wisata ini ke rekan-rekan kita. Kalau bukan kita yang memperkenalkan, siapa lagi. Dari seorang Penikmat Wisata menjadi Pemrakarsa Wisata, memperkenalkan, mengajak teman-teman untuk berwisata ke potensi-potensi wisata yang ada di sekitar kita.
Sangat banyak dan sangat indah. Tapi sayang belum tertata rapi. Dan kehadiran kita akan menjadi nafas dalam menghidupkan pariwisata kita.

Ketiga dan terakhir, ketika sukses meniti karir nantinya, jangan pernah lupa untuk melihat ke bawah, ikut berinvestasi dalam mengembangkan pariwisata ini. Karena peran kita juga sangat diperlukan dalam membangun pariwisata di daerah kita. Dan sedikit investasi dari kita akan semakin memperkuat denyut nadi masyarakat disana untuk hidup dan juga memajukan kondisi masyarakat disana.









Bagaimana teman-teman?
Mari kita berwisata keliling Indonesia!!!
Tuntaskan dulu keliling halaman sendiri baru melihat halaman tetangga kita,,
Selamat berlibur...



^^

_sahatmps

2 comments:

  1. hat, enceng gondok bukan eceng gondok...
    hehe
    sorylah awak belum bisa menikmati apa2 dinegeri ini. kami golongan kelas bawah turut gembira kalian bisa mewakilkan kami mengunjungi tempat2 wisata....
    semoga semakain banyak orang yang sadar yang mampu, dan punya waktu untuk memajukan pariwisata kita...

    -kentang-kentih tama ku para
    erkentang si utih tandang terdaya-

    ReplyDelete
  2. dan tambahan juga hat, sebenarnya bagaimana memanajemen usaha pariwisata yang ada sekarang. bandingin aja waktu kita di pangandaran kemarin dengan parapat. apakah kita waktu itu bisa beli bola plastik hanya dengan harga Rp.5 rbu?makan hanya dengan harga 50 rbu sudah membuat perut ini akan meledak? nyewa papan surfer kecil itu hanya 8 rbU?...Saya rasa tidak, jika itu diPrapat atau disumut bagian manapun. kita pasti disuguhi dengan harga2 yang membom kita untuk gak datang lagi atau membuat setidaknya berpikir untuk berbelanja kalau datang.
    jadi perlunya penyuluhan manajemen pengaturan harga yang punya standar. sehingga tourist bisa menerima dan mata pencaharian penduduk sekitar bisa berkelanjutan.
    Btw, Nice Potret and Pic gan..lanjutkan!!
    add aku juga ya hat di DeHaSy, mari sama2 berbagi untuk sekitar:)

    ReplyDelete