inspirasi

inspirasi

Sunday 26 September 2010

Berdirilah Teguh, Jangan Goyah

Seminggu ini sepertinya membaca dan mendengar banyak hal tentang kepedulian dan berbagi kasih dengan sesama. Berawal dari note yang ditulis dek sandra, note yang dibuat oleh kak irene (selamat ren sudah lulus,selamat berkarya ya), dilanjutkan tema PA minggu ini di GMKI, dan juga tema jumatan PMK minggu ini. Dunia semakin apatis dan setiap orang sering hanya memikirkan diri sendiri termasuk saya sendiri pastinya. Sebelum sampai pada akhirnya, mungkin aku coba menyimpulkan apa yang bisa kusimpulkan dari keempat hal diatas.

Setelah mencoba mengambil kesimpulan dari keempat hal diatas, hal yang sangat menarik ketika  menyadari bahwa keempat hal diatas tadi seperti membentuk suatu alur dari kecil ke besar.

Pada note sandra , salah satu kesimpulan yang bisa kusimpulkan (maaf kalau salah menyimpulkan dek, kurang atau lebih jangan dikoreksi disini ya, malu, haha) adalah tentang semakin menyebarnya virus ketidakpedulian di masyarakat saat ini, terkhusus yang disorot adalah kaum pemuda. Pemahaman tentang kasih sudah terdistorsi, dan melalui tulisan ini kita, para pemuda-pemudi yang tahu defenisi sebenarnya dari kasih dan kepedulian diajak untuk mau terus mengaplikasikan hal tersebut dalam kehidupan di lingkungan kita masing-masing. Untuk kesimpulan yang lebih lanjut, dapat membaca langsung di link ini. (http://www.facebook.com/notes.php?id=1373377815&notes_tab=app_2347471856#!/note.php?note_id=438911219729)

Pada note irene, satu kesimpulan yang bisa kuambil (maaf juga kalau salah ya ren) adalah walaupun mungkin tinggal sedikit, tapi keramahtamahan, salah satu implementasi dari kasih, masih ada terdapat di sekitar kita, bahkan dari orang-orang yang tidak kita duga seperti dari orang yang tidak kita kenal, dari teman-teman yang tidak seiman, dan lainnya. Kita sendiri, bagaimana sikap kita? Di tulisan ini, penulis lebih menyoroti tentang bagaimana anak-anak PMK, LP, atau secara umumnya pemuda-pemudi Kristen menanggapi hal ini. Apakah terus bersikap tidak peduli dan hanya mau berinteraksi dengan orang yang itu-itu saja? Atau mau untuk keluar dari zona nyamannya, melepas arogansi diri, berinteraksi dengan teman-teman kita yang lain, seluas-luasnya, sebanyak-banyaknya, dari latar belakang apapun mereka. Lebih lanjut dapat teman-teman baca dan diskusikan langsung dengan penulisnya (hehe) di link ini. (http://www.facebook.com/note.php?note_id=429575603923)

Pada tema PA minggu ini di GMKI yang kucoba simpulkan, kita, dalam hal saat itu aku, kembali diajarkan bagaimana cara untuk bisa peduli dan berbagi kasih dengan sesama. Intinya hanyalah satu kalimat, kalimat yang terdiri dari empat kata dan hanya membutuhkan dua detik untuk mengucapkannya. Namun dalam mengaplikasikannya, wow, sangat berat tentunya kalau kita bersandar pada kemampuan kita sendiri. Kalimat apa itu? Hidup seperti Dia hidup. Bagaimana teman? Cukup dua detik saja kan mengucapkannya, kalau lebih lama dari dua detik, sepertinya harus coba belajar mengeja lagi (just kidding,^^), namun dalam mengimplementasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari, butuh perjuangan yang sangat berat kawan. Hidup seperti Dia hidup, sepertinya tidak perlu dijabarkan lagi seperti apa Dia hidup. Andai setiap kita di dunia ini bisa mengimplementasikannya, dunia ini pastinya akan sempurna, dan tidak perlu ada tulisan yang aku tulis ini, ataupun sandra dan irene tulis. Setiap orang saling peduli satu sama lain, dan lebih luasnya lagi, semua negara akan hidup makmur, bahkan hukum pun tidak dibutuhkan lagi karena siapa lagi yang mau melanggarnya, karena setiap orang sudah peduli, setiap orang tidak mementingkan dirinya sendiri. Sebuah utopia terjadi di bumi ini. Apakah itu mungkin terjadi di muka bumi ini? Tentunya sulit karena dunia sudah dipenuhi oleh kejahatan (dosa). Tapi apakah karena sangat sulit, akhirnya kita sendiri juga memilih untuk tidak melakukan apa-apa dalam merealisasikannya, kita yang sudah tahu seperti apa Dia hidup, namun memilih untuk hanya sekedar diam, dan menyimpan setiap hal yang kita ketahui itu dalam ingatan kita saja. Kalau begitu, apa gunanya Dia mengajarkan itu semua kepada kita, dan kita tahu tentang hal itu kalau toh kita tidak melakukan apa. Dia yang dulu menolong orang-orang, orang yang tidak dikenalnya, berbeda suku dengan dia, bahkan orang-orang yang membencinya. Dia yang selalu membagikan kepedulian dan kasih kepada sesama, apakah bukan bagian kita juga melakukan hal yang sama? Kalaupun dunia ini begitu apatis, apakah pada akhirnya akan membuat kita juga menjadi apatis, dan menyia-nyiakan semua hal yang sudah Dia ajarkan kepada kita. Ajaran tentang nilai-nilai kemanusiaan itu.
Kurang lebih seperti itu kesimpulan yang bisa kuambil dari PA kemarin. Sayang, kali ini tidak ada linknya. Jadi percaya saja pada apa yang kutulis ini. Haha.

Yang terakhir sebelum pada akhirnya, jumatan minggu ini di PMK. Tiba di puncak dari semua alur ini. Bagaimana kita peduli dengan bangsa ini. Bagaimana kita bisa berdampak bagi bangsa ini, melakukan perubahan untuk bisa membangun lagi bangsa kita yang telah Tuhan kita berikan pada kita. Jumatan ini adalah jumatan yang spesial menurutku, karena untuk pertama kalinya selama aku mengikuti jumatan PMK (kalau ternyata salah, mungkin saat itu terjadi, aku gak datang jumatan) kebaktian dilakukan bukan dengan metode kebaktian biasa, tapi dengan metode diskusi interaktif, tanpa pembicara, mahasiswalah yang berbicara. Diawali dengan pemutaran dua buah slide, dan kemudian pemimpin pujian, Mordekhai, menantang setiap mahasiswa yang hadir untuk maju ke depan membagikan apa yang bisa dibagikan. Ada tiga orang yang maju kemarin itu, dua orang dari angkatan 2010 (salut dengan semangat dan keberanian kalian) dan satu dari angkatan 2007 (kalau yang satu ini memang tidak tahu malu,hehe), dan kesimpulan yang bisa diambil dari ketiganya, setiap mereka mengajak kita untuk lebih peduli lagi dalam membangun bangsa ini, menggunakan kesempatan yang sangat berharga saat ini untuk belajar dan menambah pengetahuan karena bekal inilah yang akan kita butuhkan untuk membangun bangsa kita ini setelah kita lulus nanti.

Saat itu sebenarnya ingin maju juga untuk coba membagikan apa yang bisa kubagikan terkait tema jumatan kali ini, tapi apa daya, hati ingin melakukan, tapi kaki menahan setiap langkahnya. Grogi sepertinya berdiri di depan. Mungkin memang bukan bagian saya untuk berdiri di depan dan berbicara. Sepertinya posisi sekarang sudah tepat, duduk di atas kursi dan mencoba menuliskan sesuatu yang bisa kubagikan kepada rekan-rekan yang berminat membacanya. Dan berharap rekan-rekan bisa menemukan hal yang baik dari tulisan ini dan membagikannya kepada kawan-kawan yang lain. Semoga terus ada 2010-2010 lain (aku lupa nama mereka dua yang maju kemarin), Arion-arion lain, Mordekhai-Mordekhai lain, yang berani dan mau untuk mengeluarkan pemikiran mereka, dan mengajak rekan-rekan yang lain untuk bergabung melakukannya. Kenapa itu perlu, akan kita bahas pada akhirnya. Inti kesimpulan dari jumatan ini, apakah bukan tugas kita untuk bisa mengatasi kebobrokan dari bangsa kita ini, apakah bukan tugas kita untuk bisa peduli kepada nasib bangsa ini, ataukah kita cukup nyaman dengan aktivitas kita sehari-hari?
Hidup seperti Dia hidup. Tentunya melalui integritas yang telah Dia ajarkan kepada kita, itu juga dapat kita implementasikan dalam kehidupan kita untuk menjadi jawaban atas setiap permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Mungkin itu kesimpulan yang bisa saya ambil dari jumatan kemarin, lebih kurang bisa langsung tanya ke pemimpin pujian atau koordinator PMK. Hehe. Oiya, untuk coba sama-sama kita memikirkan tentang hal ini, teman-teman bisa membuka link ini, salah satu slide yang diputar pada jumatan kemarin dan semoga melalui slide ini, kita semua semakin sadar bahwa peran kita sangat dibutuhkan untuk mengubah bangsa ini. Selamat menikmati videonya. (http://www.facebook.com/notes.php?id=1382956990&notes_tab=app_2347471856#!/video/video.php?v=1629826230534)

Tiba di akhir cerita. Kita sudah berjalan-jalan dari note sandra hingga jumatan PMK dan sudah berdiri di puncak alur. Pada akhirnya, sudah berada di akhir alur dan sudah berada di puncaknya, tujuan dari ini semua. Apalagi yang masih kurang? Sedikit dari saya untuk coba melengkapi keempat hal tadi. Tantangan terberat selanjutnya yang akan kita hadapi, terpaan angin yang sangat kuat dari kiri dan kanan yang menggoyahkan pendirian kita. Akhir dari saya, Berdirilah teguh, jangan goyah.

Berdirilah teguh, jangan goyah. Sebuah kalimat yang terus terngiang di pikiranku selama beberapa bulan ini, dan ternyata memiliki makna yang sangat mendalam. Kenapa sangat mendalam? Mungkin melalui berbagai kasus, musibah, dan peristiwa yang terjadi beberapa bulan ini di bangsa kita, membuat kita, dalam hal ini aku, memiliki keinginan untuk coba melakukan sesuatu yang berarti bagi bangsa ini ketika aku nanti terjun ke dalamnya. Dan perasaan dan tekad itu mungkin juga kawan-kawan rasakan dan kita semua sudah memiliki keinginan tekad yang elips. Dan mungkin melalui tulisan diatas dan video yang telah kawan-kawan lihat, tekad kita yang sudah membentuk elips itu menemukan keutuhannya dan menjadi bulat dan semangat itu ada di dada setiap kita. Namun, perasaan dan tekad yang sudah kita rasakan sekarang, seharusnya tidaklah sebatas sekarang saja, tapi terus dipertahankan hingga akhir nanti. Karena itulah kuncinya. Karena begitulah yang sering terjadi, perasaan dan tekad untuk mengubah bangsa yang sudah dibangun pada saat mahasiswa, sering hilang lenyap tak tersisa ketika sudah berhadapan dengan dunia sebenarnya. Di saat-saat inilah semangat itu harus terus kita jaga. Berdirilah teguh, jangan goyah.

Selain mempertahankan semangat itu, saatnya juga untuk melakukan hal lainnya yang tidak kalah penting. Mengajak rekan-rekan yang lain untuk juga bisa merasakan perasaan dan tekad yang sama. Karena akan sangat berat melakukan hal itu sendiri, ataupun berdua, ataupun bertiga. Dan pendirian kita juga akan semakin mudah digoyahkan. Dibutuhkan barisan sebanyak-banyaknya, semakin banyak pemuda-pemudi yang memiliki semangat yang sama ini, maka akan semakin kuat kita berdiri, dan akan semakin besar dan cepat kans bangsa ini berubah menuju arah yang lebih baik.

Bagaimana cara mengajak rekan-rekan kita? Tentunya dengan bertukar pikiran, berdiskusi, mencoba membagikan semangat yang sudah kita punya kepada mereka dengan berbagai metode. Tanpa pandang latar belakang, suku,agama, ras, atau apapun, saatnya kita menghimpun pemuda-pemudi yang mempunyai keinginan yang sama, membangun bangsa ini.

Dimana melakukannya? Tentunya tidak akan bisa apabila kita hanya bergelut di kosan, ataupun berkeliaran di jalanan. Saatnya masuk ke himpunan jurusan, unit-unit budaya, kajian, olahraga, serta organisasi-organisasi kemahasiswaan ataupun sosial lainnya. Saatnya masuk kesana, dan berbagi tentang hal ini. Saatnya melakukan diskusi-diskusi, kajian ilmu, bakti sosial, pengabdian masyarakat, ataupun hal-hal lainnya yang sesuai dengan ciri khas organisasi tersebut.

Untuk apa kita melakukan hal-hal tersebut? Mungkin semua hal yang kita lakukan ini tidaklah menghasilkan hal yang signifikan bagi perubahan masyarakat saat ini, tapi satu yang menjadi poin sangat penting yang bisa didapat adalah melalui metode-metode itu kita bisa semakin menanamkan perasaan dan tekad yang sudah kita miliki ini ke rekan-rekan kita yang lain. Mereka yang mengikuti kegiatan-kegiatan itu tentunya diharapkan bisa memaknai tujuan dari kegiatan-kegiatan ini dan pada akhirnya makna dan semangat itu terus mengalir di urat darah mereka hingga tiba di dunia kerja nantinya. Mungkin awalnya barisan kita hanya 20 orang, namun ketika kita melakukan hal diatas, barisan kita akan terus bertambah dan mimpi kita, Indonesia yang makmur dari Sabang sampai Merauke akan semakin mendekati kenyataan.

Saat-saat ini mungkin kita tidak bisa melakukan sesuatu yang sangat besar yang dapat langsung mengubah bangsa ini secara drastis, tapi sekaranglah saatnya kita belajar dan juga memperkuat barisan, sehingga ketika tiba waktunya, barisan kita akan kuat, dan senjata yang kita gunakan tidak hanya sebatas omongan saja, tapi kita juga sudah dibekali pemahaman dari keilmuan kita, soft skill, dan kemampuan-kemampuan lainnya dan itu semua bisa kita usahakan saat ini, bukan nanti, tapi saat ini.
Ketika kita sudah memutuskan untuk berjuang membangun bangsa, tapi kita sekarang tidak mengajak kawan-kawan kita yang lain untuk berjuang bersama, itu sama saja dengan bunuh diri. Tidak salah memang, tapi tanpa persiapan. Sulit untuk mengubah bangsa yang tersebar dari Sabang dari Merauke, dengan segala kebobrokannya kalau jumlah kita hanya 20,50, ataupun sebanyak mahasiswa yang datang jumatan kemarin. Tapi akan sangat besar kemungkinan apabila setiap kita mengajak kawan-kawan kita yang lain, setiap satu orang mendiskusikannya dengan yang lain, maka barisan kita akan semakin kuat.
Seperti apa memberitahukannya? Seperti yang sudah dituliskan diatas, aktif di unit, himpunan, organisasi kemahasiswaan lainnya dan melakukan kegiatan-kegiatannya yang membuat kita dan juga rekan-rekan kita bisa belajar menemukan dan memupuk semangat itu.
Ada beberapa himpunan jurusan yang sudah memiliki program pengabdian masyarakat sendiri, apakah teman-teman terlibat di dalamnya? Apakah semangat pengabdian itu hanya dibutuhkan pada saat mahasiswa saja?
Banyak himpunan yang belum memiliki program pengabdian masyarakat, termasuk himpunanku. Apakah kita hanya tinggal diam saja?
Banyak unit-unit yang melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa menimbulkan semangat melakukan perubahan sesuai ciri khas nya masing-masing. Ada unit yang memiliki kepedulian tentang lingkungan hidup. Seperti teman-teman tahu, kepedulian terhadap lingkungan hidup masih sangat kurang di bangsa kita. Ada unit yang mendiskusikan tentang isu-isu sosial masyarakat. Ada unit yang melestarikan seni dan budaya karena seni dan budaya itu sendiri bisa dimanfaatkan sebagai media untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal, dan banyak organisasi-organisasi lainnya yang memiliki ciri khas masing-masing.
Apakah kita sudah berperan di dalamnya atau memilih untuk melihatnya saja? Karena melalui inilah kita bisa semakin memperdalam semangat kita dan juga membagikan semangat kita itu kepada yang lain.

Bagaimana kawan, jalan mana yang kau pilih? Berjuang sendiri, atau berjuang dengan barisan yang kuat?

Berdirilah teguh, jangan goyah.
Sampai sekarang pun aku masih sering takut dan ragu kepada diriku, apakah aku hanya akan menjadi seseorang yang OMDO, omong doang, menuliskan tentang kepedulian kepada bangsa, tapi ketika nanti aku benar-benar dihadapkan dengan kondisi yang ada, aku hanya terdiam saja dan tidak mampu melakukan apa-apa. Disinilah kita saling mendukung, saling menguatkan, agar barisan kita tetap kokoh, hingga akhir nanti dan kita bisa bersama-sama terus berdiri teguh, jangan goyah.

Akan sangat menyenangkan membayangkannya ketika kita semua, para pejuang ini bisa menyelesaikannya hingga akhir, berjuang di medan perjuangan kita masing-masing, tentunya dengan barisan yang kuat, dan mengakhirinya dengan indah, kita bisa melakukan perubahan, sekecil apapun itu, bagi bangsa kita ini. Dan disinilah terjawab kenapa dibutuhkan 2010-2010 lain, Mordekhai-Mordekhai lain, Arion-Arion lain, yang berani dan mau untuk mengajak rekan-rekan yang lain, sehingga barisan kita bisa semakin kuat, dan semakin kuat lagi, untuk melakukan perubahan bagi bangsa ini.

Sungguh sangat menyenangkan ketika kita bisa berkata-kata seperti Paulus, ‘aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman’. Pertandingan yang tentunya akan penuh dengan tantangan dan permasalahan teman.
Mari kita saling mendukung dan menguatkan dalam menghadapi pertandingan ini kawan. Dan sekarang ini saatnya mempertajam kualitas diri dan memperkuat barisan, agar kita bisa terus BERDIRI TEGUH, JANGAN GOYAH.

Selamat menjalani pertandingan teman-teman,
Semoga senyuman yang akan tampak dari setiap wajah kita, di akhir pertandingan nanti.

Salam perjuangan...

No comments:

Post a Comment