inspirasi

inspirasi

Wednesday 14 December 2011

Sang Penggagas dan Telur Gagasannya

Sehidup atau sekhas apa pun gagasan, ia bisa mati bersama penggagasnya, tidak pernah atau tidak lagi berguna bagi sesamanya. Ini terjadi kalau gagasan tidak dituangkan dalam tulisan – media perantara yang paling umum dan efektif— untuk diwariskan kepada orang-orang yang masih hidup.
Samuel Tumanggor. Kuat Kuasa Tulisan, 2007
Tidak jarang kita mendengar gagasan keluar dari pemikiran teman kita. Bahkan, tidak jarang juga kita menelurkan gagasan itu dari otak kita sendiri. Kita merasa gagasan yang dihasilkan akan sangat berguna apabila dilakukan. Namun, seringkali gagasan itu pecah ataupun membusuk sebelum sempat ditetaskan. Ternyata menetaskan gagasan tidak segampang menelurkannya. Banyak tantangan dari luar ataupun dalam diri sang penggagas yang menghambat keluarnya telur gagasan dari otak. Saya akan menuliskan beberapa di antaranya.

Salah satu perusak telur gagasan adalah rasa minder/rendah diri. Kita menganggap gagasan kita tidak berguna/bermutu. Kita merasa gagasan orang lain lebih baik dan lebih hebat. Kemudian, kita menahan keinginan diri untuk menelurkan gagasan yang mungkin saja brilian. Akhirnya, kemandulan pun menghampiri otak kita, sang pengagas.
Terkadang telur gagasan sudah berhasil keluar dari pemikiran kita. Namun, kesibukan atau “sok sibuk” menunda keinginan kita untuk mengerami telur gagasan. Ada kalanya kita berpikir gagasan yang kita pikirkan terlalu hebat untuk dilakukan saat ini. Kita merasa diri kita masih terlalu muda dan “belum cukup umur” dengan gagasan kita. Kita merasa belum waktunya untuk menetaskan gagasan kita. Akhirnya, gagasan itu pun membusuk ataupun habis dilahap waktu sebelum sempat menetas. Gagasan itu batal lahir menyatakan kegunaannya.

Tantangan terakhir yang menghambat bertumbuhnya gagasan adalah orang lain. Kebanyakan orang masih sering menilai terlebih dahulu siapa sang penggagas tanpa memandang gagasannya. Kualitas sang penggagas dilihat dari apa yang telah dilakukannya, apa pekerjaannya, tingkat pendidikannya, ataupun bagaimana hidupnya. Penilaian ini tidak salah. Kita memang juga harus mengetahui tidak hanya gagasan, tapi juga siapa sang penggagasnya. Namun, terkadang hal ini juga yang mematikan sang penggagas dan gagasannya. Tak jarang penggagas dianggap belum layak mengeluarkan gagasannya karena masih muda, tidak punya pengalaman, dan lainnya. Tekanan ini membuat kita takut menetaskan gagasan yang telah matang diolah di alam pikiran kita. Perubahan yang mungkin terjadi pun batal untuk terjadi.
Gagasan akan tinggal gagasan apabila tidak ditelurkan dan ditetaskan. Dia tidak akan pernah menunjukkan kegunaannya bila tidak dituangkan dalam karya seperti tulisan ataupun tindakan-tindakan lainnya. Waktu terus berlalu, kita akan semakin tua, dan gagasan dalam benak kita akan hilang lenyap kala jiwa kita tiada. Gagasan itu, yang mungkin bisa berguna bagi sesama, tidak pernah lahir di dunia yang membutuhkannya. Bagi saya pribadi, adalah sebuah kesalahan kalau tidak bisa dibilang dosa, ketika kita batal melahirkan benih gagasan yang telah ditabur Sang Khalik dalam alam pikiran kita.

Memang, banyak tantangan yang harus dihadapi sang penggagas dan telur gagasannya. Namun, tantangan itu seharusnya tidak membuat sang penggagas mandul dan berhenti bereproduksi. Kita harus berani untuk menjadi penghasil telur gagasan. Salah satu yang bisa mendukung keberjalanan hidup telur gagasan adalah komunitas yang kita ikuti. Kita sebaiknya mengikuti komunitas yang dapat mendukung pengembangan diri kita, terkhusus dalam hal ini, pengembangan gagasan kita. Carilah komunitas yang bisa mengangkat, bukannya menjatuhkan. Ikutilah komunitas yang saling membangun dan bukan menghancurkan. Di sana, kita bisa semakin termotivasi dan juga memotivasi orang lain dalam menghasilkan gagasan-gagasan yang berguna bagi sesama.
Selain berada di komunitas yang membangun, kita harus berani untuk mulai menelurkan dan menetaskan gagasan kita. Bagaimana caranya? Tanpa perlu berpikir rumit, mulailah dengan menuliskan serta melakukan gagasan kita. Tuangkan setiap gagasan yang kita punya dalam setiap media yang bisa kita gunakan. Karya itu dapat dilakukan lewat berbagai hal: tulisan, diskusi, kegiatan sosial, dan lainnya. Akhirnya, telur gagasan itu menjadi anak, dan lambat laun dia akan bertumbuh serta berguna bagi sesamanya.
Kita suatu saat akan mati. Sang penggagas suatu saat akan tiada. Namun, gagasan dapat terus hidup apabila berhasil ditelurkan dan ditetaskan, dan dituangkan dalam berbagai media perantaranya. Gagasan akan terus ada dalam benak setiap orang yang telah mewarisi gagasan tersebut. Gagasan dari sang penggagas akan terus hidup dalam diri dan karya para pewarisnya.