inspirasi

inspirasi

Tuesday 26 April 2016

Mencari Pahlawan Pembangunan Daerah

Oleh: Sahat Martin Philip Sinurat*

Pada pembukaan UUD 1945, tertulis “… kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, …”. Pembangunan nasional tidak boleh pandang bulu dan harus dirasakan “segenap bangsa Indonesia” dan “seluruh tumpah darah Indonesia”. Rakyat Indonesia adalah fokus utama dari pembangunan. Tugas dari pemerintah adalah untuk melindungi serta melakukan pembangunan bagi segenap bangsa Indonesia.

Dalam melakukan tugasnya, pemerintah yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, membutuhkan orang-orang yang siap berjuang dan berbuat untuk kepentingan bersama. Mereka bekerja dengan ikhlas, bahkan terkadang mengorbankan kepentingan mereka sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menyebut orang-orang yang rela berjuang dan berkorban bagi orang lain sebagai pahlawan. Maka saat ini, di dalam pemerintahan pun kita sangat membutuhkan para pahlawan yang siap mengatur dan menjalankan pemerintahan demi kepentingan rakyat dan konstitusi.

Bukan Berkedok Pahlawan
Sayangnya, di tengah kebutuhan kita akan pahlawan pembangunan, ada saja orang-orang yang mengaku sebagai pahlawan namun justru membawa kesengsaraan. Mereka berkostum pahlawan padahal sebenarnya merekalah musuh yang harus dilawan. Ada yang mengesankan dirinya sebagai penyelamat, nyatanya justru membawa mudarat. Ada juga yang menunjukkan diri sebagai pembela keadilan, padahal mereka yang justru melakukan kesewenang-wenangan. Tidak jarang mereka juga menjadi perampok yang bertopeng pahlawan.

Mereka berkedok pahlawan, padahal pembangunan yang adil dan merata masih menjadi mimpi bagi jutaan rakyat Indonesia. Mereka berupaya menokohkan diri, padahal korupsi dan nepotisme menjadi aktivitas mereka sehari-hari. Mereka meneriakkan keadilan padahal mereka menutup mata terhadap ketidakadilan dan intoleransi yang terjadi di hadapan mereka. Mereka seakan bersahabat dengan rakyat, padahal sebenarnya berteman dan membantu para koruptor dan pengusaha hitam yang menghisap kesejahteraan rakyat.

Para penjahat bertopeng pahlawan ini menempati berbagai bidang pembangunan. Akibatnya hal-hal baik yang dilakukan pemerintah menjadi kusut karena tingkah laku mereka. Mereka mencari kesempatan di dalam kesempitan. Tidak jarang juga mereka menjadi pahlawan kesiangan.

Pahlawan berkedok ini sibuk memperkaya diri sendiri ataupun golongannya. Mereka menyebarkan virus penyakit KKN sehingga menjangkiti masyarakat. Mereka juga membenarkan berbagai cara; korupsi sekaligus berderma, mendukung padahal merendahkan, menolak sogokan padahal menerima.

Jeli Memilih Pahlawan
Untungnya, tidak semua orang mau menjadi penjahat berkedok pahlawan. Ada lebih banyak rakyat Indonesia yang ingin menjadi pahlawan sejati, pahlawan yang ikhlas berjuang dan berkorban bagi kepentingan bersama. Sebagian di antara mereka sudah dan sedang melakukan tugas kepahlawanannya. Mereka melawan korupsi, menolak ketidakadilan, dan menentang intoleransi. Mereka menyuarakan pentingnya etika, kejujuran, dan ketulusan. Mereka melindungi masyarakat tertindas. Mereka memikirkan nasib dan masa depan bersama, tidak hanya diri mereka sendiri.

Mereka menjadi pahlawan sesungguhnya. Mereka melanjutkan jejak para pejuang yang rela berkorban demi kehormatan dan kemerdekaan rakyat dan bangsa Indonesia. Mereka menjadi pahlawan yang dibutuhkan dan dirindukan rakyat. Pemerintahan pun dapat berjalan baik di bawah kepemimpinan para pahlawan pembangunan ini.

Sebagian pahlawan sudah memulai pengabdiannya, namun masih banyak lagi yang masih menanti panggilan tugasnya. Oleh karena itu, rakyat memiliki peranan penting dalam menentukan siapa saja yang diberi wewenang untuk menjadi pemerintah. Menjadi waktu yang tepat bagi rakyat karena pemilihan kepala daerah serentak akan dilakukan beberapa bulan mendatang. Namun ada hal-hal yang harus dituntaskan di tengah masyarakat Indonesia sehingga saat pemilihan kepala daerah nanti, dapat ditempatkan pahlawan-pahlawan pembangunan yang siap membela dan berkorban bagi kepentingan masyarakat dan konstitusi.

Setiap rakyat Indonesia harus mampu menentukan pemimpin dengan tepat. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa bukanlah tugas satu-dua hari. Tugas tersebut tidak dapat tuntas hanya dengan janji-janji saat kampanye ataupun lembaran uang kertas yang dibagikan menjelang pemilihan. Tugas pembangunan tersebut harus dilakukan bertahun-tahun dan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki track record yang baik; berintegritas, jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan mencintai Indonesia. Rakyat Indonesia harus bisa menilai dengan kritis dan tidak mudah dipengaruhi oleh janji dan lembaran uang semata. Nasib pembangunan bagi rakyat Indonesia bukanlah berada di tangan pemerintah melainkan justru ada di atas tangan rakyat itu sendiri.

Beberapa bulan lagi, beberapa daerah di Indonesia termasuk kota dan kabupaten di Maluku akan melakukan Pilkada serentak 2017. Rakyat membutuhkan pahlawan pembangunan yang siap membawa perubahan bagi masyarakat. Dengan kekritisan dari rakyat dalam menentukan pemimpin yang akan mengisi pemerintahan, bukanlah impian jika beberapa tahun mendatang kita akan merasakan kebijakan-kebijakan yang adil bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa bukanlah pekerjaan rumah yang mudah. Namun para pahlawan pembangunan akan mampu melakukannya di dalam pemerintah yang adil apabila didukung rakyat yang kritis dan peduli terhadap permasalahan bangsanya.

Opini ini dimuat di Harian Mimbar Rakyat Maluku, Senin, 25 April 2016
* Direktur Eksekutif dan Peneliti di Centre for People Studies and Advocation (CePSA)

No comments:

Post a Comment