Oleh: Sahat Martin Philip Sinurat*
Pada pembukaan UUD 1945, tertulis “… kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, …”. Pembangunan nasional tidak boleh pandang bulu dan harus dirasakan “segenap bangsa Indonesia” dan “seluruh tumpah darah Indonesia”. Rakyat Indonesia adalah fokus utama dari pembangunan. Tugas dari pemerintah adalah untuk melindungi serta melakukan pembangunan bagi segenap bangsa Indonesia.
Dalam melakukan tugasnya, pemerintah yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, membutuhkan orang-orang yang siap berjuang dan berbuat untuk kepentingan bersama. Mereka bekerja dengan ikhlas, bahkan terkadang mengorbankan kepentingan mereka sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menyebut orang-orang yang rela berjuang dan berkorban bagi orang lain sebagai pahlawan. Maka saat ini, di dalam pemerintahan pun kita sangat membutuhkan para pahlawan yang siap mengatur dan menjalankan pemerintahan demi kepentingan rakyat dan konstitusi.
Bukan Berkedok Pahlawan
Sayangnya, di tengah kebutuhan kita akan pahlawan pembangunan, ada saja orang-orang yang mengaku sebagai pahlawan namun justru membawa kesengsaraan. Mereka berkostum pahlawan padahal sebenarnya merekalah musuh yang harus dilawan. Ada yang mengesankan dirinya sebagai penyelamat, nyatanya justru membawa mudarat. Ada juga yang menunjukkan diri sebagai pembela keadilan, padahal mereka yang justru melakukan kesewenang-wenangan. Tidak jarang mereka juga menjadi perampok yang bertopeng pahlawan.
Mereka berkedok pahlawan, padahal pembangunan yang adil dan merata masih menjadi mimpi bagi jutaan rakyat Indonesia. Mereka berupaya menokohkan diri, padahal korupsi dan nepotisme menjadi aktivitas mereka sehari-hari. Mereka meneriakkan keadilan padahal mereka menutup mata terhadap ketidakadilan dan intoleransi yang terjadi di hadapan mereka. Mereka seakan bersahabat dengan rakyat, padahal sebenarnya berteman dan membantu para koruptor dan pengusaha hitam yang menghisap kesejahteraan rakyat.
Para penjahat bertopeng pahlawan ini menempati berbagai bidang pembangunan. Akibatnya hal-hal baik yang dilakukan pemerintah menjadi kusut karena tingkah laku mereka. Mereka mencari kesempatan di dalam kesempitan. Tidak jarang juga mereka menjadi pahlawan kesiangan.
Pahlawan berkedok ini sibuk memperkaya diri sendiri ataupun golongannya. Mereka menyebarkan virus penyakit KKN sehingga menjangkiti masyarakat. Mereka juga membenarkan berbagai cara; korupsi sekaligus berderma, mendukung padahal merendahkan, menolak sogokan padahal menerima.
Jeli Memilih Pahlawan
Untungnya, tidak semua orang mau menjadi penjahat berkedok pahlawan. Ada lebih banyak rakyat Indonesia yang ingin menjadi pahlawan sejati, pahlawan yang ikhlas berjuang dan berkorban bagi kepentingan bersama. Sebagian di antara mereka sudah dan sedang melakukan tugas kepahlawanannya. Mereka melawan korupsi, menolak ketidakadilan, dan menentang intoleransi. Mereka menyuarakan pentingnya etika, kejujuran, dan ketulusan. Mereka melindungi masyarakat tertindas. Mereka memikirkan nasib dan masa depan bersama, tidak hanya diri mereka sendiri.
Mereka menjadi pahlawan sesungguhnya. Mereka melanjutkan jejak para pejuang yang rela berkorban demi kehormatan dan kemerdekaan rakyat dan bangsa Indonesia. Mereka menjadi pahlawan yang dibutuhkan dan dirindukan rakyat. Pemerintahan pun dapat berjalan baik di bawah kepemimpinan para pahlawan pembangunan ini.
Sebagian pahlawan sudah memulai pengabdiannya, namun masih banyak lagi yang masih menanti panggilan tugasnya. Oleh karena itu, rakyat memiliki peranan penting dalam menentukan siapa saja yang diberi wewenang untuk menjadi pemerintah. Menjadi waktu yang tepat bagi rakyat karena pemilihan kepala daerah serentak akan dilakukan beberapa bulan mendatang. Namun ada hal-hal yang harus dituntaskan di tengah masyarakat Indonesia sehingga saat pemilihan kepala daerah nanti, dapat ditempatkan pahlawan-pahlawan pembangunan yang siap membela dan berkorban bagi kepentingan masyarakat dan konstitusi.
Setiap rakyat Indonesia harus mampu menentukan pemimpin dengan tepat. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa bukanlah tugas satu-dua hari. Tugas tersebut tidak dapat tuntas hanya dengan janji-janji saat kampanye ataupun lembaran uang kertas yang dibagikan menjelang pemilihan. Tugas pembangunan tersebut harus dilakukan bertahun-tahun dan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki track record yang baik; berintegritas, jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan mencintai Indonesia. Rakyat Indonesia harus bisa menilai dengan kritis dan tidak mudah dipengaruhi oleh janji dan lembaran uang semata. Nasib pembangunan bagi rakyat Indonesia bukanlah berada di tangan pemerintah melainkan justru ada di atas tangan rakyat itu sendiri.
Beberapa bulan lagi, beberapa daerah di Indonesia termasuk kota dan kabupaten di Maluku akan melakukan Pilkada serentak 2017. Rakyat membutuhkan pahlawan pembangunan yang siap membawa perubahan bagi masyarakat. Dengan kekritisan dari rakyat dalam menentukan pemimpin yang akan mengisi pemerintahan, bukanlah impian jika beberapa tahun mendatang kita akan merasakan kebijakan-kebijakan yang adil bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa bukanlah pekerjaan rumah yang mudah. Namun para pahlawan pembangunan akan mampu melakukannya di dalam pemerintah yang adil apabila didukung rakyat yang kritis dan peduli terhadap permasalahan bangsanya.
Opini ini dimuat di Harian Mimbar Rakyat Maluku, Senin, 25 April 2016
* Direktur Eksekutif dan Peneliti di Centre for People Studies and Advocation (CePSA)
Hidup ini penuh kegembiraan dan keindahan. Dan hidup akan semakin indah ketika kita dapat berbagi dengan orang lain sehingga hidup kita menjadi kegembiraan milik bersama. Mari berbagi kegembiraan disini.
inspirasi
Tuesday, 26 April 2016
Saturday, 23 April 2016
Kehidupan Bersaksi dan Melayani
“Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti
di surga”.
Petikan diatas merupakan sepenggal kalimat dari lantunan
indah Doa Bapa Kami yang telah diajarkan Yesus Kristus kepada para murid. Dari
buku ‘Orang Nasrani, Pandu Bangsamu!’ karya Samuel Tumanggor, petikan tersebut
secara langsung menunjukkan kehendak Allah yang tidak hanya terbatas di lingkup
surga saja, namun juga yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana agar
kehendak-Nya juga terjadi di bumi. Tanggung jawab untuk bisa
menjadikan kehendak-Nya di bumi merupakan tugas yang diemban para murid saat itu, yang tentunya
hingga sekarang masih terus berlanjut, dan tanggung jawab itu diemban oleh kita
saat ini.
“Jadilah kehendak-Mu di bumi
seperti di surga”. Petikan ini menunjukkan keinginan yang sangat besar dari
Allah agar bumi dapat seperti surga. Untuk mencapai keinginan-Nya inilah maka setiap manusia ditetapkan ada, diciptakan
sesuai dengan tujuan hidupnya masing-masing agar kemuliaan nama-Nya nyata di muka bumi, inilah tujuan hidup Kristen.
Sebagai umat Nasrani yang telah mengetahui Berita tentang
Kasih Anugerah yang sangat besar itu, sudah selayaknya setiap orang Kristen
menjalankan panggilannya, tujuan hidupnya, sesuai dengan perannya masing-masing
di dunia ini. Setiap orang Kristen seharusnya menjadi berkat melalui hidupnya,
menjadi terang dan garam bagi dunia, menjadikan hidupnya kesaksian yang nyata
tentang betapa besarnya penyertaan Allah kepada setiap manusia. Setiap orang
Kristen harus menjalankan nilai-nilai kebenaran yang telah diajarkan oleh-Nya, ini semua dilakukan sebagai tindakan nyata dari iman
yang besar kepada Sang Pencipta.
Dua Kewarganegaraan
Pahlawan Nasional Johannes Leimena pernah mengatakan
bahwa umat Kristen memiliki dua kewarganegaraan, warga negara surga dan warga
negara dunia. Peran yang dilakukan dari kedwiwarganegaraan ini haruslah
seimbang, tidak timpang salah satu. Allah ingin agar manusia dapat hidup di bumi dengan
memancarkan nilai-nilai surgawi. Rencana Allah akan dunia ini akan berjalan melalui peran dari kita masing-masing.
Saat ini banyak permasalahan yang sedang terjadi di tengah-tengah
masyarakat dan bangsa. Sebagai umat Kristen, khususnya
generasi muda Kristen yang sudah menempuh pendidikan tinggi, kita memiliki peran menjadi terang dan garam, menjadi jawaban atas setiap
permasalahan yang ada di berbagai bidang kehidupan. Kita
tidak cukup hanya mempersiapkan diri kita sendiri menanti hari kedatangan Yesus
kembali dalam kemegahan-Nya, namun selama penantian itu, kita justru ditugaskan
Tuhan untuk membangun bumi menjadi indah seperti surga. Seorang pemikir Kristen, Yonky Karman dengan tegas
menyimpulkannya, “Apakah Injil
hanya berurusan dengan masuk surga, sementara kita masih hidup berpuluh-puluh
tahun di dunia. Apakah bukan tugas kita untuk melakukan sesuatu di dunia, yang
telah Tuhan titipkan kepada kita?”.
Inilah tujuan hidup Kristen, kehidupan yang bersaksi, dan
hal ini sangat terkait erat dengan kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan aspek penting untuk mendukung
efektifitas pelayanan dalam menjadi
kehidupan yang bersaksi. Kepemimpinan bukanlah posisi, tetapi
‘pengaruh’. Melalui
kepemimpinan, pengaruh baik yang diberikan dapat menjadi kesaksian yang indah
untuk melakukan perubahan di dalam lingkungan masing-masing. Setiap umat
Nasrani diharapkan menjadi pemimpin di rumah, lingkungan, kantor, gereja, dan
tempat komunitasnya masing-masing.
Belajar Memimpin
Sikap
kepemimpinan ada yang muncul dalam diri seseorang secara alami didorong oleh
pengalaman hidup dan pengalaman
dari lingkungannya. Kita harus melatih jiwa kepemimpinan
kita sejak muda. Melatih jiwa kepemimpinan tidak cukup hanya dengan membaca
teori. Kita harus mau juga untuk menjalaninya. Kita sebaiknya aktif dalam
organisasi, lembaga, persekutuan, ataupun komunitas di sekitar kita. Kita turut
mengambil bagian dalam program ataupun kegiatan yang sedang dikerjakan. Bahkan
kita juga harus berani mengambil tanggung jawab yang besar dan menjalaninya
dengan sepenuh hati.
Bertanggung
jawab di organisasi merupakan salah satu latihan penting dalam kepemimpinan.
Kita belajar tentang kerjasama tim, komunikasi efektif, mengelola tim, empati
dan kepekaan sosial, serta pengalaman menghadapi masalah. Kita juga bisa
melatih kemampuan menulis, public
speaking, dan teknik pemecahan masalah. Dan yang paling utama, kita dapat
belajar dan melatih integritas dan kejujuran kita sejak muda.
Dengan latihan dan usaha yang
terus-menerus, diharapkan nilai-nilai
kepemimpinan itu dapat menjadi karakter dalam diri kita. Dengan karakter yang
baik, kita dapat menjadi saksi yang baik. Ketika tiba waktu kita untuk terjun ke tengah masyarakat, kita akan siap mengabdi dimanapun Tuhan
menempatkan kita. Kita mampu menunjukkan jiwa kepemimpinan kita di bidang yang kita geluti. Kita akan
berusaha menyelesaikan permasalahan yang ada di pekerjaan kita, melakukan perubahan, mencari regenerasi untuk meneruskan
perubahan tersebut, dan terus berusaha hingga jadilah kehendak Allah di bumi seperti di surga.
Subscribe to:
Posts (Atom)