inspirasi

inspirasi

Wednesday 23 March 2011

Lagi-lagi dengan tema yang sama, Lebih baik menyalakan sebatang lilin


Tulisan di bawah ini dikutip dari buku One Month to Live (Apa yang akan Anda lakukan jika waktu hidup Anda tinggal 30 hari?) karya Kerry & Chris Shook. Selamat membacanya dan semoga mendapatkan makna penting yang terkandung di dalamnya.


Kekuatan Satu Orang

Seorang pengusaha yang mengunjungi komunitas resort suatu hari meninggalkan hotelnya pagi-pagi benar untuk berjalan-jalan. Ketika ia sampai di garis pantai, ia melihat sesuatu yang mengherankan; bintang laut yang tak terhitung banyaknya tersapu ke pantai sepanjang malam karena gelombang pasang. Mereka masih bergerak, masih hidup, merangkak, mendekat satu dengan yang lain, berusaha kembali ke laut. Ia tahu tidak lama lagi matahari musim panas akan membakar makhluk malang yang terjebak di pasir ini. Ia berharap bisa melakukan sesuatu, tetapi sejauh mata memandang ada ribuan bintang laut. Tidak ada jalan baginya mengurangi jumlah mereka untuk menyelamatkan mereka.

Ia pun meneruskan perjalanannya. Ketika berjalan lebih jauh di pantai, ia bertemu seorang anak kecil yang sedang membungkuk, mengambil bintang laut itu dan melemparkannya seperti Frisbee ke laut. Ia mengulang proses ini berkali-kali, melakukannya dengan cepat, dan jelas berusaha untuk menyelamatkan bintang laut itu sebanyak mungkin.

Ketika orang itu menyadari apa yang sedang dilakukan anak kecil itu, ia merasa bertanggung jawab untuk membantunya dengan memberitahu pelajaran kehidupan yang keras. Ia berjalan mendekati anak itu dan berkata, “Nak, izinkan saya memberitahu kamu. Apa yang kamu lakukan ini sungguh mulia, tetapi kamu tidak bisa menyelamatkan semua bintang laut itu. Jumlahnya ribuan. Matahari akan segera naik, dan mereka semua akan mati. Kamu lebih baik melakukan yang kamu suka dan bermain. Kamu sungguh-sungguh tidak bisa membuat perbedaan di sini.

Anak kecil itu tidak berkata apa-apa mulanya; ia hanya memandang pengusaha itu. Kemudian ia membungkuk dan mengambil bintang laut lainnya, dan melemparkannya ke laut sejauh mungkin, dan berkata, “Ya, saya membuat semua perbedaan yang diperlukan untuk satu bintang laut ini.”

Anak kecil ini tidak mengizinkan besarnya masalah menghalanginya untuk melakukan sesuatu yang bisa ia lakukan: menyelamatkan satu bintang laut setiap kali.

___

Lagi-lagi menuliskan tema yang sama, yang kuulang-ulang dalam beberapa tulisan. Realita yang terjadi sekarang ini, kita juga sering menghadapi hal yang sama dengan yang dihadapi sang anak. Masalah ada di depan mata. Kita sering bertanya, apa yang bisa kulakukan? Aku cuma seseorang yang berada di tengah penduduk dunia, hanya setitik jarum di muka bumi ini. Begitu banyak masalah, dan apa yang bisa kulakukan. Tidak mungkin mengubah itu semua. Dunia ini, bangsa ini, masyarakat ini sudah terlalu sulit untuk diubah. Mati konyol kalau melakukan sesuatu. Lebih baik menjalani kehidupanku sendiri. Mungkin itu pemikiran aku, kau, mereka, kita semua. Tapi, apakah memang hanya itu yang bisa kita lakukan?

Ketika dunia begitu jahat sekarang ini, apakah itu membuat kita akhirnya hanya bersembunyi di kursi-kursi gereja, ataupun di kolong-kolong tempat persekutuan, tidak melakukan apa-apa dan hanya menunggu kedatangan-Nya saja? Apakah ketika kelihatannya perubahan itu sulit dilaksanakan, kebaikan itu sulit untuk dilakukan, membuat kita memiliki untuk tidak melakukan apa-apa? Lalu dimana letak peran kita, tanggung jawab kita, tujuan kita ada di dunia ini. Lalu apa maksud kutipan ini, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” kalau akhirnya kita tidak berani untuk melakukannya.

Helen Keller merangkumnya dengan baik: “Saya hanya seorang, tetapi saya masih berarti. Saya tidak bisa melakukan segala sesuatu, tetapi saya masih bisa melakukan sesuatu, dan karena saya tidak dapat melakukan segala sesuatu, saya tidak akan menolak untuk melakukan sesuatu yang bisa saya lakukan.” (dikutip dari buku One Month to Live)

Yang manakah kita? Apakah seperti seorang pengusaha yang memilih untuk membiarkan kondisi yang ada karena besarnya masalah tersebut, ataukah seperti sang anak kecil yang mau keluar dari zona nyamannya, dan melakukan sesuatu, sekecil apapun itu. Yang manakah kita? Aku juga masih sering terjerembab di pertanyaan ini.

Mengutip tulisan dari catatan seorang kawan, “Semoga ini hanya diriku saja, karena jika tidak betapa malangnya bangsa ini. Semoga juga aku bisa beranjak dari mengutuki diri ke tahap mengubah diri dan tak lagi malu pada apa yang seharusnya aku katakan ke orang lain tentang siapa diriku sebenarnya. Bahwa aku bukanlah seorang pengecut yang memuji Tuhan dan seorang manja yang mengeluh pada Ibu Pertiwi.” (diubah seperlunya tanpa menghilangkan makna yang dikandung)


Karena bagaimanapun, lebih baik menyalakan sebatang lilin, dan menstimulus nyalanya lilin-lilin lain, daripada meneriaki kegelapan itu. Karena memang itu tujuan adanya terang dan garam itu. Karena memang itu pasti tujuan masing-masing kita ditetapkan ada.

No comments:

Post a Comment