Bagian Pertama
Apa
kabar, Teman? Bagaimana liburanmu? Semoga menyenangkan di sana. Liburanku juga
menyenangkan. Aku ingin cerita, Teman, berbagi tentang kisah perjalananku. Tapi
ini bukanlah perjalanan biasa, Teman, karena aku berlibur bukan di Dunia Kita,
tapi di Dunia Mimpi. Maukah kau mendengar ceritaku, Teman? Aku harap engkau mau,
sambil mengisi waktu luangmu disana.
Di Negeri Mimpi ini, aku bertemu dengan beberapa sahabat, mereka juga Para Pemimpi. Aku diajak ke sebuah daerah, aku lupa nama daerah ini. Daerahnya luas, berada di dataran tinggi. Dingin di sana, dan ketika kami datang, Kabut sedang tinggi dan mengganggu pandangan mata. Awalnya aku tidak suka di sana karena kondisi ini, tapi alam sepertinya menjawab keluhanku. Tiba-tiba Kabut itu menghilang tanpa jejak dan aku pun melihat apa yang kelihatannya ingin disembunyikan oleh si Kabut. Tempat itu begitu indah Teman, begitu indah. Air yang begitu luasnya, Danau namanya, ditemani banyaknya pegunungan dan ada sebuah pulau besar di tengah-tengahnya. Bayangkan Kawan, sebuah Pulau Di Tengah Pulau. Aku melihat ini semua dari ketinggian dan aku pun menyadari kenapa bahkan Kabut yang begitu baik hati pun sempat berpikir untuk memilikinya sendiri.
Selama beberapa waktu kami menikmati pemandangan ini. Sahabat-sahabatku yang lain bahkan mendokumentasikan pemandangan ini. Entah darimana mereka mendapatkan kamera dan berpikir untuk mengabadikan keindahan alam yang belum tentu mereka dapatkan di Dunia Kita. Hahaha, sepertinya mereka tidak tahu kalau foto yang mereka ambil tidak mungkin bisa dibawa ke Dunia Kita, tapi biarlah mereka melakukannya. Kami pun melanjutkan perjalanan kami memasuki daerah itu. Aku diajak menginap di penginapan di suatu Kota, aku juga lupa nama Kota itu. Letaknya tepat di pinggir Danau dan tinggal berjalan beberapa langkah maka kau akan dapat berenang ke dalam Danau yang indah itu.
Seorang sahabat memanggilku
dari pinggir Danau. Ternyata mereka hendak mengajakku berjalan mengelilingi
Kota tersebut. Kami pun berjalan. Dengan celana pendek, kaos, dan sendal jepit
kami pun menjalani Kota itu. Saat itu malam hari kawan, dan sangat dingin
cuacanya. Tapi, entah kenapa, walaupun dingin, aku sangat menikmati keadaan itu
Teman. Berjalan di Kota itu, ditemani embusan angin, pohon di kiri kanan,
pemandangan malam hari, dan air Danau yang terkadang bersuara, seakan memanggil
para pelancong untuk selalu mengingat mereka. Aku sungguh menikmati suasana ini
hingga akhirnya kami pun lelah untuk melangkahkan kaki dan memilih kembali ke
penginapan kami. Coba engkau bayangkan perjalanan ini kawan. Aku harap kau bisa
membayangkannya.
Hari telah pagi dan aku pun
terbangun dari tidurku. Beberapa sahabat sudah bangun juga dan beberapa yang
memang memiliki jam tidur lebih lama masih terlelap di atas pembaringannya.
Setelah semua bangun dan mempersiapkan diri, kami pun beranjak dari penginapan
kami untuk sarapan di pinggir Danau. Apakah kau pernah membayangkan Kawan? Duduk di pinggiran Danau; meminum secangkir teh manis ataupun kopi hangat;
memakan beberapa gorengan sambil memandang indahnya kolaborasi gunung, danau,
alam di sekitarnya dan tidak lupa ditemani dengan angin dan dingin yang sedikit
menusuk badan namun membuat kita betah disana. Apakah kau pernah membayangkan, Kawan? Disini tempatnya, di daerah ini. Sayang kau tidak disini, semoga kau
bisa membayangkannya.
Setelah kami sarapan, kami
pun bergegas pergi ke tempat kapal berlabuh tidak jauh dari sana. Kami hendak
menyeberangi Danau itu dan mengunjungi Pulau Misterius yang berada di
tengahnya. Kata ibu penjual makanan, kapal itu menyeberang setiap sejam sekali
dan hampir saja kami ketinggalan kapal. Kami pun segera naik ke atas kapal dan
duduk di lantai paling atas. Angin Danau pun segera menyambut kami dan perjalanan
menuju Pulau Di Tengah Pulau pun segera dimulai. Berharap kau berada di sini
kawan, menikmati bersamaku semua perjalanan ini.
Kisah ini berlanjut ke Bagian Kedua. :)
No comments:
Post a Comment