Oleh: Sahat
Martin Philip Sinurat**
Pembangunan nasional tidak boleh
pandang bulu dan harus dirasakan semua rakyat Indonesia. Namun, salah satu
permasalahan utama dalam pembangunan adalah sebagian
rakyat
Indonesia yang masih hidup di ambang garis kemiskinan. Padahal salah satu
tanggung jawab dalam mendukung pembangunan berkelanjutan adalah mengentaskan
kemiskinan. Kemiskinan adalah salah satu problem kehidupan manusia yang
menghambat berjalannya pembangunan berkelanjutan.
Pada Konferensi Stockholm tahun
1972, Deklarasi Stockholm menyerukan perlunya komitmen, pandangan, dan prinsip
bersama bangsa-bangsa di dunia untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
lingkungan hidup umat manusia. Konsep lingkungan hidup manusia yang
diperkenalkan menekankan perlunya langkah-langkah pengendalian laju pertumbuhan
penduduk, menghapuskan kemiskinan, dan menghilangkan kelaparan yang diderita
sebagian besar manusia di negara berkembang. Dengan mengatasi kemiskinan, mutu
kehidupan manusia akan ditingkatkan, dan berbagai macam akibat kemiskinan
seperti penyakit, sanitasi, kurangnya ketersediaan air bersih, rendahnya
tingkat pendidikan, dan lainnya juga akan bisa diatasi.
Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, berbagai etnis, agama, dan kultur masing-masing memiliki tantangan tersendiri dalam mendorong terjadinya pembangunan yang berkelanjutan. Pemerintah sebagai pengawal pembangunan harus mengentaskan kemiskinan dengan menjadikan masyarakat miskin sebagai objek utama berbagai kebijakannya. Pembangunan harus dilakukan secara merata, tidak hanya di pulau-pulau utama seperti Jawa dan Sumatra yang selama bertahun-tahun telah menjadi pusat perekonomian Indonesia, namun juga di pulau-pulau lain seperti Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau-pulau lainnya.
Pembangunan
yang (tidak) adil dan (tidak) merata
Pemerintah saat
ini telah banyak menjalankan proyek pembangunan infrastruktur di luar Jawa.
Pembangunan bandara, pelabuhan, jalan, jalur kereta api, dan kawasan industri
telah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Pembangunan ini diharapkan
dapat memicu masuknya investasi ke daerah-daerah bersangkutan. Dengan adanya
investasi, diharapkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi yang akan memberikan
kesejahteraan pada masyarakat.
Sayangnya,
pembangunan ini masih
belum mengakomodir aspirasi dari masyarakat yang berada di
lokasi pembangunan. Pembangunan infrastuktur yang dilakukan pemerintah terkesan hanya
menguntungkan para pemilik modal dan segelintir kelompok saja. Kebijakan
pemerintah yang seharusnya untuk meningkatkan daya saing masyarakat, khususnya
masyarakat menengah ke bawah, masih belum dijalankan dengan baik.
Pemerintah juga belum memberi proporsi penggunaan
lahan ekonomi yang jelas antara untuk masyarakat menengah ke bawah dengan para
pemilik modal besar.
Beberapa proyek
pembangunan seperti reklamasi pantai utara Jakarta, reklamasi Teluk Benoa, dan
jalur kereta cepat Jakarta-Bandung dapat menjadi contoh ketidakadilan
pembangunan yang dilakukan pemerintah. Belum termasuk pembangunan-pembangunan
di daerah yang tidak terekspos selama ini.
Pemerintah seperti memberi ruang yang luas bagi pemilik modal untuk
berusaha, namun tidak memberikan porsi yang adil bagi masyarakat lainnya.
Jika seperti
ini, masyarakat menengah ke bawah hanya akan menjadi penonton dari pembangunan
infrastruktur yang terjadi di daerahnya masing-masing. Ketidakadilan dirasakan
oleh masyarakat yang tidak memiliki modal.
Pembangunan yang tidak merata juga dirasakan masyarakat di kawasan Indonesia
bagian tengah dan timur. Sumber daya alam wilayah ini dieksploitasi secara
besar-besaran, namun hanya sedikit hasilnya yang dapat dirasakan oleh penduduk
lokal.
Perpanjangan
pengelolaan Freeport dan pembangunan Blok Masela menjadi contoh pembangunan
yang diperebutkan oleh pejabat dan para cukong di belakangnya. Sementara
masyarakat yang berada di sekitar kawasan sumber daya alam itu tetap melarat
dan kesulitan melangsungkan kehidupannya. Aksi
dari oknum-oknum pemerintahan juga memperparah kondisi yang sudah parah dengan
sibuk memperkaya diri sendiri ataupun golongannya. Penyakit KKN yang sudah akut
dan menyebar dari pusat hingga ke daerah, dinasti pemerintahan di berbagai
daerah, dan aksi kekerasan demi memperjuangkan kursi kepemimpinan daerah seakan
menunjukkan ketidaksiapan Indonesia dalam hidup bernegara dan berbangsa.
Utamakan Masyarakat
Pemerintah
Indonesia harus kembali mengingat
perannya sebagai pengawal pembangunan Indonesia. Pemerintah harus memberikan proporsi yang adil dan
merata bagi masyarakat. Pembangunan infrastruktur tidak hanya ditujukan untuk
mendatangkan investasi namun harus disertai juga dengan mempersiapkan daya
saing masyarakat lokal. Permasalahan kemiskinan
harus dijawab dengan membuat berbagai program yang sesuai dengan kultur lokal
di tengah masyarakat. Potensi-potensi
yang ada di daerah harus ditonjolkan dan ditingkatkan produksinya sehingga
dapat meningkatkan perekonomian di daerah tersebut. Pemerintah perlu melakukan upaya
edukasi dan pendekatan kepada masyarakat sehingga Indonesia dapat menjadi rumah
bersama bagi setiap orang dan pembangunan bisa semakin ditingkatkan di setiap
wilayah di Indonesia.
Pembangunan Indonesia memiliki
keunikan tersendiri yang berbeda dengan negara-negara lainnya. Dalam usaha
mengentaskan kemiskinan dimana penduduk miskin tersebar di ribuan pulau dengan
berbagai etnis, agama, dan kultur, pemerintah harus menghilangkan
paradigma-paradigma primordial yang ada selama ini di dalam pemerintahan.
Pemerintah juga harus mengutamakan pembangunan di daerah pedesaan serta kawasan Indonesia di
luar Jawa. Dengan memahami kondisi keberagaman Indonesia yang terdiri dari
ribuan pulau, etnis, agama, dan kultur masyarakat, upaya mengentaskan
kemiskinan dapat dilakukan dan pembangunan yang dicita-citakan dapat diusahakan
di setiap wilayah Indonesia.
* Tulisan ini dimuat di Harian Mimbar Rakyat, Jumat, 3 Juni 2016
**Direktur Eksekutif Centre for People Studies and Advocation (CePSA), Magister Studi Pembangunan Institut Teknologi Bandung
**Direktur Eksekutif Centre for People Studies and Advocation (CePSA), Magister Studi Pembangunan Institut Teknologi Bandung
No comments:
Post a Comment