Dalam kehidupan
sehari-hari, seringkali kita terlibat pertikaian dengan orang lain. Sakit hati,
dendam, kekecewaan, amarah, dan banyak hal lainnya menjadi biang keladi dari
permusuhan. Kedamaian seakan jauh dari kehidupan kita. Kita bertikai dengan
teman, guru, tetangga, bahkan keluarga atau orangtua kita sendiri.
Yesus datang ke
dunia untuk memberikan kasih dan membawa kedamaian bagi setiap orang. Dia
datang tidak hanya untuk mengajarkan apa kasih itu, tapi juga menunjukkannya
melalui kehidupan-Nya. Dia hidup di dunia bukan hanya untuk meminta manusia
mewujudkan kedamaian, tapi Dia juga mencontohkannya. Yesus meruntuhkan setiap
tembok yang berusaha membelenggu hadirnya kedamaian di tengah kehidupan
manusia.
Dia mendamaikan
perselisihan antara orang Yahudi dan orang Samaria dengan meminum air dari
timba perempuan Samaria (Yoh 4: 1-42). Yesus mendamaikan para penderita kusta
dengan masyarakat Yahudi yang terikat hukum adat dimana para penderita kusta
harus disisihkan dan dikeluarkan dari kota (Luk 5: 12-16, Luk 17: 11-19). Yesus
juga memberi kedamaian kepada orang-orang yang dianggap sebelah mata; para
pemungut cukai, pelacur, janda, anak-anak, orang buta, lumpuh, dan lainnya.
Yesus menunjukkan bahwa kasih dan kedamaian harus dirasakan oleh setiap orang.
Dan diakhir hidupnya, sebagai puncak dari perjalanan hidupnya, Yesus
menjembatani hadirnya kedamaian antara manusia dengan Penciptanya. Yesus
mendamaikan manusia dan Allah, dengan mati di kayu salib dan bangkit pada hari
ketiga. Maka nyatalah bahwa kehidupan Yesus adalah kehidupan yang menghadirkan
kasih dan damai antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitarnya,
dan paling utama, manusia dengan Allah.
Sayangnya, dalam
kehidupan kita sekarang ini, ketimbang menjadi seorang pendamai, kita lebih senang
menjadi pembuat onar ataupun penyulut kemarahan. Kita mengganggu, menghasut,
ataupun menjelekkan orang lain. Terkadang kita juga mendiamkan perselisihan
ataupun permasalahan yang terjadi di sekitar kita. Kita membiarkan keluarga
kita saling bertengkar, teman kita saling menjatuhkan, ataupun lingkungan kita
tercemar. Kita malah merasa puas dengan berdiam diri dan terhanyut dalam
aktivitas pribadi kita.
Kehidupan Yesus sebenarnya
telah memberi pelajaran hidup yang dapat kita lakukan dalam kehidupan kita. Mungkin
selama ini mudah bagi kita untuk sakit hati, dendam, kecewa, dan marah kepada
orang lain. Tapi, sejak kita mengenal dan memahami kehidupan Yesus, maka seharusnya
kita dapat menguasai diri kita dan berbuat kebaikan yang membawa damai. Yesus
telah menjadi pendamai dalam wujud manusia. Kehidupan Yesus dalam wujud manusia
telah menjadi teladan nyata bagi kita, bahwa manusia yang tidak sempurna pun
dapat menjadi pendamai seperti Yesus.
Maka genaplah
keinginan Yesus Sang Pembawa Damai, bahwa setiap orang yang belajar dari
kehidupan-Nya akan menjadi agen-agen pembawa kedamaian bagi dunia. Pembawa kedamaian
bukan berarti diam ketika ada masalah di sekitarnya. Namun pembawa kedamaian
harus berani bicara benar walaupun orang lain tidak suka dengan apa yang akan dikatakan,
ataupun berani bertindak benar walau tidak sesuai dengan keinginan lingkungan
kita. Karena Yesus berdamai bukan dengan diam melihat permasalahan, tapi
berpikir, berbicara, dan bertindak melawan tirani; melawan orang Farisi, hukum
adat, kematian, dan hal-hal lainnya.
Jika keluarga
kita sampai sekarang masih sering bertengkar, kita tidak hanya diam, namun
menenangkan dan mendamaikan keluarga kita. Saat rekan kita saling menjelekkan,
kita tidak ikut-ikutan menjelekkan melainkan menjadi penengah di antara mereka.
Waktu teman kita dikucilkan karena ketahuan berbuat salah, kita seharusnya
tetap berteman dan membantu teman kita untuk berubah menjadi lebih baik. Bahkan
jika kita melihat orang lain bahkan pemerintah melakukan ketidakadilan terhadap
orang lain, kita berani untuk bersuara dan menyatakan apa yang dilakukan orang
lain atau pemerintah ini merupakan hal yang salah.
Menjadi pendamai
merupakan panggilan setiap orang percaya. Kita tidak bisa membantah atau
menolak kewajiban kita menjadi pendamai. Lingkungan dan masyarakat di sekitar
kita saat ini banyak mengalami tantangan dan permasalahan. Maukah kita menjadi
pendamai bagi mereka?