Perjalanan hidup kita memang tidak mudah.
Jalan terlihat tidak berujung, terjal dan berbatu.
Banyak kerikil tajam yang siap memangsa kaki para pejalan.
Tidak jarang perjalanan kita diusik semak berduri yang tumbuh
hingga ke tengah jalan.
Beratnya jalan bercampur aduk dengan letihnya badan.
Semangat di awal berganti segera dengan keputusasaan.
Tidak jarang kita berpikir apa kita salah jalan.
Terkadang kita badan kita menuntut untuk berhenti.
Bahkan lebih dari sekali kita ingin berbalik arah dan kembali.
Perjalanan begitu berat.
Ini sepertinya bukan jalan kita.
Beberapa orang tua mengatakan perjalanan hidup itu merupakan
suratan takdir.
Tidak ada yang dapat menduga, juga menerka.
Kita hanya bisa berpasrah.
Sehingga hidup tanpa berjuang dan lupa dengan kenyataan.
Ada juga yang mengatakan perjalanan hidup ditentukan oleh kita
sendiri.
Kitalah yang menentukan nasib kita, baik atau buruk, berhasil atau
terbuang.
Mereka yang sepakat dengan ini kemudian berusaha merancang
hidupnya.
Mengejar mimpi yang indah sehingga terkadang lupa dengan
kenyataan.
Yang manakah kita?
Apakah menjadi orang yang pasrah dan lupa dengan kenyataan?
Ataukah menjadi pemimpi yang juga lupa dengan kenyataan?
BUKAN.
Kita bukanlah si pasrah.
Kita juga bukanlah si pemimpi.
Kita adalah perpaduan keduanya.
Kita adalah orang yang pasrah dan bermimpi.
Pasrah akan suratan takdir dari Sang Perancang Agung, yang telah
merancang perjalanan hidup kita sedemikian rupa, sehingga perjalanan hidup kita
akan menjadi Legenda Pribadi milik kita semata.
Kita juga pemimpi yang memimpikan hal-hal indah dan berusaha
mencapainya.
Maka genaplah perjalanan hidup kita.
Buah dari suratan takdir dan usaha.
Hasil yang didapat dari perjuangan anak manusia dan penyertaan
Sang Khalik.
Perjalanan hidup yang walau berat dan berliku-liku, akan berakhir
dengan indah dan bahagia.
Jika dan hanya jika kita berusaha optimal selama menjalaninya,
sembari tetap berpasrah pada kehendak Sang Pencipta.
Salam pagi. :)