inspirasi

inspirasi

Wednesday 10 February 2016

Teman, Sahabat, Saudara, Aku

Saat baru masuk kuliah, beberapa belas tahun yang lalu, para senior jurusan mengajarkan kami sebuah jargon persaudaraan.

"Temanku adalah sahabatku, sahabatku adalah saudaraku, saudaraku adalah aku. Satu dipukul, semua balas memukul."

Pertama mendengar jargon ini, pikiran liar dan rasa kuatir pun bergejolak. "Baru masuk kuliah sudah diajarin pukul memukul. Gawat ini," benakku. Seakan membaca pikiran kami, sang senior langsung mengklarifikasi makna jargon ini. Dia menjelaskan, bahwa teman-teman kita harus dianggap seperti sahabat, bahkan saudara sendiri. Dan ketika kita menganggap seseorang seperti saudara kita, kita akan memperlakukannya seperti diri kita sendiri. Pertanyaannya, adakah manusia normal yang menyakiti dirinya? Tentu tidak. Maka itulah maksud kalimat terakhir. Kalimat terakhir di jargon ini memiliki makna tersirat (konotasi). 

Aku tidak mau 'aku' mengalami kesedihan, kekecewaan, kekalahan, kekuatiran, penderitaan, dll, maka aku akan menolong 'aku' jika dibutuhkan. Bahkan aku akan menawarkan pertolongan kepada 'aku' tanpa diminta. (Silakan ganti kata 'aku' dengan nama teman-teman kamu)

Menurutku, inilah makna ideal Persaudaraan yang Menghidupkan. Persaudaraan yang saling mendukung, membantu, dan bersama-sama memberi manfaat dan dampak bagi lingkungan sekitar. Saling baku tolong, bukan baku hantam. Dan itu bisa terjadi kalau kita menganggap teman kita seperti diri kita sendiri. Sekali lagi, selamat Dies Natalis ke-66 GMKI. Mari 'aku-aku' (baca: saudara-saudara) semua, kita lebih semangat lagi belajar dan berkarya. :)

Foto bersama 'aku-aku' GMKI Bandung di Ibadah dan Perayaan Dies Natalis ke-66 GMKI di Graha Oikumene, Salemba :)