inspirasi

inspirasi

Monday 30 May 2011

Tanya dan Jawab

Entah kenapa, dini hari selalu menjadi waktu yang menyenangkan untuk berpikir, mencari inspirasi, mencari ilham. Suasana yang hening dan sunyi sepertinya mendukung otak untuk berputar-putar mencari pertanyaan dan jawaban yang kadang bersembunyi dan kadang menunjukkan dirinya dengan tidak malu-malu.

Waktu terus berjalan, detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, abad, terus berganti hingga akhir yang tidak pernah bisa diduga kapan waktunya. Begitu juga pertanyaan dan jawaban, berputar seiring waktu, ada yang bisa dijawab dan ditanya, tidak sedikit juga yang tidak bisa dijawab ataupun ditanya, dan juga ada yang berulang kembali, jawab menjadi tanya, tanya menjadi jawab.

Apalah arti ini semua, waktu yang terus berjalan, meninggalkan setiap kenangan di belakang, ada untuk diingat, disesali, dibanggakan, dan terkadang juga dilupakan. Apalah arti jawab dan tanya, ketika itu semua menjadi sia-sia belaka, ditinggalkan di belakang, dilupakan, tergeletak, sendiri.

Hidup adalah kumpulan tanya dan jawab, jawab dan tanya, yang seiring waktu yang terus berjalan, hidup akan juga berjalan menuju klimaksnya, hingga sampai di suatu titik, dimana tanya dan jawab itu tidak ada lagi, hanya menyisakan kepastian, kemutlakan, tidak terbantahkan lagi.

Mari terus bertanya dan menjawab, menjawab dan bertanya, proses yang akan terus berlanjut selama detik, menit, jam, hari, minggu, tahun, abad, terus-menerus hingga sampai tiba di titik akhir, klimaks dari segalanya, dimana pertanyaan tidak perlu dijawab lagi, dan jawaban tidak perlu ditanya lagi. Hingga tiba akhir dari segala sesuatu, namun juga awal dari segala sesuatu.

Arti Sebuah Oikumene

Di dalam satu ibadah, beberapa rekan keluar dari ruangan segera ketika acara memasuki bagian pujian penyembahan. Ternyata mereka tidak tahan berada di dalam, ibadah itu tidak sesuai dengan aliran dogma yang mereka pahami selama ini. Di kelompok agama mereka, mereka tidak pernah bernyanyi dengan tepuk tangan ataupun mengangkat tangan. Menurut mereka, ibadah haruslah khusyuk dan tenang. Mereka dulu pernah menyampaikan ke pengurus bahwa mereka kurang bisa menerima ibadah seperti itu, tapi tetap saja begitu terus setiap ibadah. Mereka pun berpikir, kenapa para jemaat itu melakukan ibadah yang tidak oikumene dan tidak mempedulikan pendapat kami?

Di satu ibadah lain, beberapa orang mengeluh setelah selesai mengikuti kegiatannya. Mereka merasa ibadahnya masih belum terlalu mengena ke hati setiap jemaatnya. Istilahnya, soulnya belum tersentuh. Seharusnya pujian penyembahannya lebih mengena lagi ke hati. Namun ketika tadi pada saat ibadah mereka berusaha mengekspresikan pujian mereka, jemaat lain justru memandangi dan melarang mereka melakukannya. Kenapa demikian? Kenapa para jemaat itu melarang kami? Mereka tidak melakukan ibadah yang oikumene?

Pertanyaannya, apa makna sebenarnya dari Oikumene?
Menurut Wikipedia, Oikumene adalah peningkatan kerja sama dan saling pemahaman yang lebih baik antara kelompok-kelompok agama atau denominasi di dalam agama yang sama. Dari link www.gbkp.or.id, saya mengutip sebuah paragraf yang secara lebih jelas menggambarkan defenisi dari Oikumene.

Oikumene merupakan manifestasi (penampakan) persekutuan orang Kristen dalam satu tubuh antara sesama denominasi gereja yang memiliki latar belakang dogma dan theologia yang berbeda, baik di wilayah lokal, regional, nasional maupun internasional. Sebenarnya kata Oikumene berasal dari Bahasa Yunani yaitu Oikos yang berarti “rumah” dan “monos” yang berarti “satu”. Yang dimaksud dengan “rumah” adalah dunia ini, sehingga kata oikumene berarti dunia yang didiami oleh seluruh manusia. Karena itu oikumene juga dalam arti manifestasi persekutuan seluruh umat manusia yang memiliki latar belakang budaya, agama yang berbeda (majemuk).

Apakah pertanyaan di awal sudah terjawab? Saya sendiri masih belum puas dengan jawaban dari kedua link tadi. Mari kita cari jawabannya bersama. J


Sebelum menjawab pertanyaan ini, baiklah sebelumnya kita cari defenisi dari toleransi. Apakah toleransi? Menurut KBBI, toleransi artinya sifat atau sikap toleran. Toleran sendiri artinya adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb) yg berbeda atau bertentangan dng pendirian sendiri.

Pertanyaannya, apa kaitan antara toleransi dengan oikumene?


Menurut saya kedua hal ini jelas sangat berkaitan erat. Oikumene merupakan sikap toleransi. Toleransi  atas adanya perbedaan dogma atau theologia di dalam satu agama yang sama. Toleransi ketika teman satu agama kita beribadah ataupun melakukan sesuatu hal yang sesuai dengan dogma yang diajarkan di kelompok agamanya.

Pertanyaan selanjutnya yang keluar adalah apakah kita benar-benar sudah melakukan hal ini? Memiliki toleransi terhadap rekan satu agama yang berbeda paham/dogma/theologia dengan kita? Apakah kita sudah menjunjung Oikumene?


Miris ketika di luar sana kita berkoar-koar menjunjung tinggi toleransi umat beragama dan pluralisme, tapi di dalam persekutuan kita sendiri, di agama kita, kita ternyata masih mengkotak-kotakkan dogma yang ada. Kita menggerutu ketika tata cara ibadah yang kita ikuti tidak sesuai dengan tata cara aliran kita. Kita kemudian mencap para pelaksana ibadah itu tidak oikumene, tidak mempedulikan aliran agama lain yang juga beribadah di sana. Terkadang kita juga menertawai sesuatu hal yang dilakukan teman kita yang berbeda aliran agama dengan kita. Mungkin kelihatannya itu menyenangkan, tapi bagaimanakah perasaan kita ketika kita yang diberlakukan seperti demikian?


Ketika kita menggerutu suatu tata cara ibadah tidak oikumene, sadarkah kita bahwa justru kita yang tidak oikumene? Atau ketika di suatu persekutuan yang khusyuk kita melihat ada orang yang bertepuk tangan, kita kemudian mencap dia tidak oikumene, sekali lagi, sadarkah kita bahwa kita yang saat itu tidak oikumene!!!

Menurut saya, oikumene adalah saat dimana di dalam satu persekutuan dengan tata cara ibadah aliran A, orang-orang dari aliran lain di tempat itu juga dapat beribadah dengan mengekspresikan diri sesuai alirannya, dan orang dari aliran A bisa menerimanya/menghargainya. Contoh, ketika beribadah di gereja karismatik, orang-orang dari aliran konservatif yang beribadah di sana tetap bisa bernyanyi dengan gayanya, dan demikian juga sebaliknya ketika beribadah dengan tata cara konservatif, orang yang beraliran karismatik tetap bisa beribadah dengan gayanya. Jemaat yang lain tidak boleh memaksakan tata cara alirannya kepada yang lain.

Apakah suatu aliran agama lebih baik dari aliran agama lain? Tentu tidak! Tuhan saja tidak pernah mengkotak-kotakkan aliran agama, bisa dibaca sendiri di Alkitab, apa hak kita sehingga kita bisa menghakimi aliran agama lain??!

Saya seorang jemaat Methodist dan bisa dibilang gereja saya beraliran konservatif. Walaupun demikian, ketika saya beberapa kali ibadah di gereja beraliran karismatik, reform, dan lainnya, saya bisa tetap beribadah dan berekspresi sesuai aliran saya. Dan saya juga menerima orang lain yang beribadah sesuai dengan alirannya. Menurut saya, begitu seharusnya oikumene. Bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb) yg berbeda atau bertentangan dng pendirian sendiri.


Seperti doa Yesus yang tertulis di Yohanes 17:21, “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”, kiranya kita tetap satu dan tidak mengkotak-kotakkan.

Agar semua satu adanya, atau dalam bahasa latin, UT OMNES UNUM SINT!!

Wednesday 25 May 2011

Semakin jelas

Semakin jelas, semakin menarik, semakin mantap.
Sepertinya semakin menarik perjalanan ini.

Tuesday 24 May 2011

Let It Flow

Akhir2 ini senang mendengar kedua lagu di bawah ini yang merupakan theme song kawan awak Sutan P. A. Sitorus, Raja Galau UKSUers 2006. Lumayan enak didengar musiknya. Apa kaitan antara judul tulisan ini dengan kedua lagu di bawah? Hanya saya yang tahu. Hahaha, Silakan diputar kawan2, selamat menikmati. hahaha.

The Man Who Can't Be Moved - The Script

Going back to the corner where I first saw you
Gonna camp in my sleeping bag, I'm not gonna move
Got some words on cardboard, got your picture in my hand
Saying if you see this girl can you tell her where I am

Some try to hand me money, they don't understand
I'm not broke I'm just a broken hearted man
I know it makes no sense, but what else can I do
How can I move on when I've been in love with you

'Cause if one day you wake up and find that you're missing me
And your heart starts to wonder where on this earth I could be
Thinking maybe you'll come back here to the place that we'd meet
And you'd see me waiting for you on the corner of the street

So I'm not moving
I'm not moving

Policeman says son you can't stay here
I said there's someone I'm waiting for if it's a day, a month, a year
Gotta stand my ground even if it rains or snows
If she changes her mind this is the first place she will go

'Cause if one day you wake up and find that you're missing me
And your heart starts to wonder where on this earth I could be
Thinking maybe you'll come back here to the place that we'd meet
And you see me waiting for you on the corner of the street

So I'm not moving
I'm not moving
I'm not moving
I'm not moving

People talk about the guy
Who's waiting on a girl, oh whoa
There are no holes in his shoes
But a big hole in his world

Maybe I'll get famous as the man who can't be moved
And maybe you won't mean to but you'll see me on the news
And you'll come running to the corner
'Cause you'll know it's just for you

I'm the man who can't be moved
I'm the man who can't be moved

'Cause if one day you wake up and find that you're missing me
And your heart starts to wonder where on this earth I could be
Thinking maybe you'll come back here to the place that we meet
Oh, you see me waiting for you on a corner of the street

So I'm not moving
('Cause if one day you wake up, find that you're missing me)
I'm not moving
(And your heart starts to wonder where on this earth I could be)
I'm not moving
(Thinking maybe you'll come back here to the place that we'd meet)
I'm not moving
(Oh, you see me waiting for you on a corner of the street)

Going back to the corner where I first saw you
Gonna camp in my sleeping bag, I'm not gonna move


The Man Who Can't Be Moved - The Script

Over You - Daughtry

Now that it's all said and done,
I can't believe you were the one
To build me up and tear me down,
Like an old abandoned house.
What you said when you left
Just left me cold and out of breath.
I fell too far, was in way too deep.
Guess I let you get the best of me.

Well, I never saw it coming.
I should've started running
A long, long time ago.
And I never thought I'd doubt you,
I'm better off without you
More than you, more than you know.
I'm slowly getting closure.
I guess it's really over.
I'm finally getting better.
And now I'm picking up the pieces.
I'm spending all of these years
Putting my heart back together.
'Cause the day I thought I'd never get through,
I got over you.

You took a hammer to these walls,
Dragged the memories down the hall,
Packed your bags and walked away.
There was nothing I could say.
And when you slammed the front door shut,
A lot of others opened up,
So did my eyes so I could see
That you never were the best for me.

Well, I never saw it coming.
I should've started running
A long, long time ago.
And I never thought I'd doubt you,
I'm better off without you
More than you, more than you know.
I'm slowly getting closure.
I guess it's really over.
I'm finally getting better.
And now I'm picking up the pieces.
I'm spending all of these years
Putting my heart back together.
'Cause the day I thought I'd never get through,
I got over you.

Well, I never saw it coming.
I should've started running
A long, long time ago.
And I never thought I'd doubt you,
I'm better off without you
More than you, more than you know.

Well, I never saw it coming.
I should've started running
A long, long time ago.
And I never thought I'd doubt you,
I'm better off without you
More than you, more than you know.
I'm slowly getting closure.
I guess it's really over.
I'm finally getting better.
And now I'm picking up the pieces.
I'm spending all of these years
Putting my heart back together.
Well I'm putting my heart back together,
'Cause I got over you.
Well I got over you.
I got over you.
'Cause the day I thought I'd never get through,

Over You - Daughtry

Saturday 21 May 2011

Kemana Langkahku Pergi

Kemana langkahku pergi???

Ya, mungkin kalimat itu paling cocok menggambarkan kondisiku saat ini. Beberapa minggu ini sedang dilema antara beberapa pilihan langkah yang harus dipilih. Mungkin kalau diibaratkan dengan jalan, sekarang sedang berada di persimpangan jalan. Masalahnya pilihan jalannya bukan dua, tapi tiga, empat, atau lima.

Setiap jalan tentunya sesuai dengan karakter dan talenta yang kupunya, tapi jalan mana yang tepat dan sesuai dengan keinginanNya, nah itu yang sulit memutuskannya. Bagaimana cara mencaritahunya?

Seseorang pernah mengatakan lewat doa. Ya, tentunya dengan berdoa dan mencari kehendak Tuhan, kita bisa tahu kemana langkah yang akan kita ambil. Tapi, darimana aku bisa tahu kalau yang kudapat itu merupakan suara Tuhan dan bukan keinginan diriku? Ya, kalau disingkat, darimana bisa tahu itu objektif dan bukan subjektif? Kebetulan aku bukan tipe orang yang setelah berdoa kemudian bisa mengatakan bahwa Tuhan telah bersuara pada saat aku berdoa. Beruntung orang-orang yang bisa demikian.

Kebingungan akan jawaban doa itu pun pernah kupertanyakan ke seorang abang persekutuan. Darimana kita bisa tahu jawaban doa kita? Apakah memang Tuhan akan mengatakannya kepada kita secara langsung seperti kata beberapa orang, atau bagaimana? Bagaimana kita bisa tahu bahwa jawaban Tuhan itu memang jawabanNya, dan bukan sugesti jawaban dari diri kita sendiri??

Dan sang abang pun menjawab. Jawaban Tuhan itu bisa saja diberikan pada saat kita berdoa. Tapi, Tuhan juga memakai orang-orang di sekitar kita untuk memberitahukan rencanaNya kepada kita. Bisa lewat orangtua, teman dekat, saudara kandung, dosen, atau untuk orang-orang yang beruntung :p, oleh pacar mereka. Masukan dari mereka tentunya dapat membantu kita memutuskan langkah yang akan kita ambil pada saat akan memutuskan sesuatu hal, khususnya hal yang sangat penting dan berhubungan dengan perjalanan hidup kita selanjutnya.

Oleh karena itu, ketika tiba waktu kita untuk sampai ke persimpangan jalan dan menentukan perjalanan kehidupan kita yang selanjutnya, kenali karakter dan talenta kita, kenali kemampuan kita, berdiskusi dengan orang-orang terdekat, dan tentunya jangan lupa berdoa kepadaNya, niscaya jawaban yang paling tepat akan kita dapatkan. Lakukan ini semua dengan tepat karena ketika kita salah memilih jalan, tentunya akan mempengaruhi langkah-langkah kita selanjutnya. Dan ingat, peran orang-orang terdekat kita sangat berperan disini, baik untuk memberikan jalan yang tepat, atau justru mengaburkan jalan yang tepat. Mmmm,

Selamat menentukan kemana langkahmu akan pergi untuk mencapai tujuan hidupmu, kawan.
^^

Thursday 19 May 2011

Tentang Emosi

Kebablasan malam ini. Tidak bisa menahan emosi. Hati panas dan kepala pun ikut panas. Ketika itu semua sudah meluap keluar dan sampai ke orang lain, hubungan baik yang sebelumnya terjalin pun bisa rusak. Penyesalan di akhir tiada berguna.

Kenapa bisa emosi? Kenapa bisa marah?
Mungkin banyak alasannya. Tapi, apapun masalahnya, apakah kita boleh marah?

Ya, menurutku sih pasti boleh. Sebagai manusia biasa tentunya ada saat dimana permasalahan ataupun tantangan yang kita hadapi begitu hebatnya sehingga luapan emosi dan amarah itu tidak bisa ditahan lagi di dalam wadah diri. Luapan emosi dan amarah itu tidak baik disimpan dan memang harus segera dikeluarkan dan dienyahkan. Bagaimana caranya? Mmm, mungkin kita masih sama-sama belajar disini dan satu hal yang pasti energi luapan emosi dan amarah itu harus dikeluarkan secara positif.

Tapi, ada dua kutipan yang menurutku sangat baik dan perlu kita pikirkan ketika emosi amarah kita sedang meluap.

Yang pertama,
"Saat kita menemukan keburukan orang lain, bukan berarti diri kita lebih baik dari orang tersebut"

Kutipan yang kedua,
"Banyak orang yang terlalu sibuk menyalahkan orang lain, sampai lupa memperbaiki diri sendiri"

Dan tulisan ini akan ditutup oleh sebuah pesan dari Seorang Tokoh Dunia,
"Selumbar di mata orang dilihat, sementara balok di depan mata tidak dilihat"

Berpikir positif, jangan luapkan emosi amarah dengan cara yang salah.

Hari ini aku kalah mengatasinya,
semoga kamu tidak, kawan.
selamat pagi,
^^

Wednesday 18 May 2011

Agrowisata, Pertanian -> Perekonomian Rakyat

Durasi baca: 3-4 menit

Selasa tadi mendapatkan kesempatan yang sayang untuk dilewatkan. Seorang alumni GMKI mengajak kami untuk mengunjungi alumni kami yang lebih tua, Bang Mindo Sianipar, sekarang sedang menjabat sebagai anggota DPR untuk ketiga kalinya di Komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan. Sesuai dengan bidangnya, abang ini memiliki rumah pertanian dan beliau melakukan banyak riset dan pengembangan disana. Rumah pertanian ini digunakan sebagai tempat pelatihan pertanian masyarakat dari berbagai provinsi di Indonesia dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Selama berkunjung disana, banyak hal yang bisa kudapatkan terkait pertanian dan peternakan.

Teknologi menarik yang pertama saya lihat di sana adalah tungku pengasapan. Tungku pengasapan ini bertujuan untuk mencegah membusuknya hasil tangkapan ikan. Umumnya nelayan tidak mempunyai lemari pendingin. Dengan adanya tungku ini, hal itu dapat diatasi dan nelayan tidak akan merugi. Selain tungku ini, Bang Mindo juga memberitahukan kami tentang asam cair. Biasanya nelayan membutuhkan 200 kg es batu untuk membekukan ikan hasil tangkapannya. Apabila tidak menggunakan es batu, mereka biasanya menggunakan formalin. Hal ini tentunya merugikan nelayan dan juga tidak baik untuk kesehatan. Dengan asam cair ini, permasalahan itu semua dapat diatasi, cukup dengan menyemprotkan asam ini ke ikan yang hendak diawetkan. Dan hanya dibutuhkan 2 kg saja cairan saja, menggantikan 200kg es batu!!!



Teknologi selanjutnya yang kami dapat adalah mengenai pemanfaatan biogas dan tanah sebagai bahan dasar menjadi gas metana. Untuk pemanfaatan tanah ini, digunakan mikroba unik dimana mikroba ini akan mengeluarkan hasil pembuangan berupa gas metana yang dapat dialirkan ke dapur ataupun alat pembakaran lainnya. Kami juga diperkenalkan tentang pemanfaatan sekam padi sebagai bahan dasar arang cair dimana teknologi sangat ekonomis dan juga mengurangi limbah.



Di tempat ini, Bang Mindo mengkombinasikan ilmu yang dimiliki sarjana pertanian dengan ilmu yang dimiliki sarjana teknik, dalam hal ini beliau berlatar belakang sarjana Teknik Kimia ITB. Seorang staf beliau yang merupakan lulusan IPB mengenalkan kami juga dengan bahan makanan ikan yang sangat kaya akan protein, yakni larva serangga yang memang khusus (saya lupa jenis serangga ini). Kandungan proteinnya 47% sementara makanan ikan pada umumnya 20an %.  Untuk memproduksi larva ini, digunakan satu gedung khusus sebagai tempat pembiakan serangga. Larva ini akan membuat ikan menjadi lebih sehat dan kaya protein.



Banyak hal-hal unik dan sederhana lainnya yang mungkin tidak pernah kita pikirkan dilakukan di rumah pertanian ini. Untuk meningkatkan mutu kesehatan ternak kerbau, Bang Mindo menanamkan mesin penghasil air oksida di dekat kandang kerbau dan mengalirkan airnya ke kandang tersebut. Dengan ini, kerbau itu akan lebih sehat dan lebih besar dari umumnya. Bahkan aku sendiri pun tidak meminum air oksida, kalah dari sang kerbau.



Kandang bebek dibuat di atas kolam lele sehingga kotoran bebek langsung jatuh ke kolam untuk kemudian menjadi makanan dari lele-lele yang dipelihara disana. Dan berbagai ide-ide lainnya seperti fermentasi air, pemanfaatan tumbuhan X (saya lupa namanya) sebagai makanan ikan mas, pembuatan pupuk organik dari kotoran hewan dan lainnya.

Agrowisata ini sungguh merupakan pengalaman berharga yang bisa saya dapatkan. Dari wisata kecil ini saya semakin memahami pentingnya pemanfaatan teknologi untuk pengembangan pertanian dan peternakan. Dan apabila kedua hal ini, teknologi dan pertanian bisa dipadukan, maka dipastikan pertanian dan peternakan di Indonesia bisa lebih berkembang lagi dan tentunya akan meningkatkan perekonomian rakyat. Berkali-kali Bang Mindo mengatakan bahwa rakyat masih buta akan teknologi seperti ini dan beliau siap mengajarkan apa yang dilakukannya di tempat ini kepada siapapun yang berminat. Dengan semakin banyak yang memahami dan mengembangkan pertanian, maka akan semakin maju dan makmur kehidupan rakyat di pedesaan.


Mari kawan, sambil kita nanti bekerja di tempat kerja kita masing-masing, kita juga menyisihkan sepersekian dari pendapatan kita untuk membuat pertanian sendiri. Dengan ini kita akan sangat berperan juga dalam membantu masyarakat.
Dan tentunya sangat nikmat ketika kita makan siang, masakan yang dihidangkan merupakan produk asli dari rumah pertanian kita. Seperti yang kualami di sana. Makan telur, daging, ikan, dan lainnya yang merupakan asli produk lokal. Jadi teringat game Play Station “Harvest Moon”. Mengembangkan pertanian sendiri.

Bagaimana kawan2? Tertarik menjadi seperti Bang Mindo? ^^

Monday 16 May 2011

Hubungan Konstan

durasi baca: 2-3 menit

(dirangkum dari buku One Month to Live, Kerry & Chris Shook)

Bagaimana kita menjaga hubungan kita dengan sumber kuasa tertinggi? Kita membutuhkan dua penghubung untuk tetap sehat, bertumbuh, dan menghasilkan ‘buah’ yang terbaik.

Komunikasi secara konstan merupakan yang pertama. Banyak orang saat ini, karena peralatan komunikasi teknologi tinggi, terus-menerus terhubung dengan kantor mereka. Yang jauh lebih kita butuhkan adalah terus-menerus terhubung pada Allah.


Untuk melakukan komunikasi secara konstan, ada dua hal yang dapat kita lakukan tiap harinya.
1.       Doa percakapan
Ketika kita bangun pada pagi hari, kita perlu memulai hari kita dengan bercakap-cakap dengan Allah. Mungkin kita memandang ke depan dan memikirkan pergumulan dan harapan kita untuk hari ini. Mungkin kita bisa bersyukur untuk pemberian waktu 24 jam lainnya dan bertanya bagaimana Dia menghendaki kita untuk menggunakan waktu itu. Mulailah hari-hari kita dengan Allah!

2.       Percakapan sepanjang sisa hari ini
Lanjutkanlah percakapan denganNya sepanjang sisa hari ini. Kita tidak perlu menggunakan bahasa formal atau menghentikan segala sesuatu yang kita kerjakan. Kita tidak perlu berbicara denganNya dengan suara keras karena Allah tahu pikiran kita sebelum kita berbicara. Jadi, katakan isi hati kita dengan jujur kepadaNya. Katakan kepada Allah semua masalah yang kita hadapi, keputusan yang kita buat, dan kejutan yang kita terima dengan ucapan syukur sepanjang hari. Jika kita merasa stres dan marah, katakan hal itu kepada Allah.


Setelah komunikasi, yang selanjutnya kita lakukan untuk menjalin hubungan yang konstan adalah pengakuan secara konstan. Ini tidak berarti kita harus mencari pendeta atau imam dan memberitahukan dosa terakhir kita. Itu juga tidak dilakukan dengan memukul diri sendiri. Tidak, ini sesungguhnya merupakan dimensi lain dari percakapan kita dengan Allah secara terus-menerus sepanjang hari. Jika kita menyadari tentang sesuatu yang seharusnya tidak kita katakan atau kerjakan, atau sesuatu yang tidak kita lakukan, tetapi kita percaya seharusnya kita lakukan, akui saja terus terang kepadaNya saat itu juga.


Kita semua bekerja menurut proses. Kita gagal dan menyerah pada saat yang rentan terhadap godaan, tetapi kita tidak perlu terus-menerus memikirkannya dan tentu saja tidak berkubang di dalamnya. Jika kita mengakui kegagalan kita dan memohon kasih karunia dan pengampunanNya, Allah dengan senang hati menyucikan hati kita dan memulihkan hubungan kita denganNya. Itu merupakan proses saat demi saat setiap hari.


Dengan pengakuan, pada dasarnya kita mengingatkan diri sendiri bahwa kita tidak dapat melakukan itu semua dengan kemampuan kita sendiri, bahwa kita membutuhkan Allah dan menghendaki Dia untuk terus bekerja dalam hidup kita untuk memberikan kekuatan dan kuasa yang kita butuhkan untuk bertumbuh secara sehat. Pengakuan berarti setuju dengan Allah bahwa jalan kita salah, dan pertobatan merupakan keputusan untuk menuruti jalan Allah.


Keputusan dan komitmen tidak ada gunanya jika kita bergantung pada kekuatan kehendak kita sendiri. Kita mungkin berhasil mempertahankannya untuk sementara, tetapi akhirnya kekuatan kita sendiri tidak akan cukup. Dengan kekuatanNya kita dapat menjalani hari demi hari kehidupan kita.

Wednesday 11 May 2011

Lakukanlah Perbuatanmu untuk Penciptamu

Kemarin membaca sebuah buku, buku pertama dari lima buku yang dituliskan oleh sang pengarang. Buku ini membuka pemikiranku dan banyak bagian-bagiannya yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalaku saat ini. Dan yang tidak kalah pentingnya, tentunya buku ini ditulis berlandaskan Alkitab.
Sangat banyak isi yang menarik dari buku Demi Allah dan Demi Indonesia karya Samuel Tumanggor yang memiliki 227 halaman. Beberapa kutipan yang menarik akan kutuliskan disini tapi harapannya kawan-kawan bisa juga membaca buku ini karena yang kutulis di bawah ini hanya setitik saja dari makna yang terkandung di buku itu. Ya, bisa dibilang promosi buku juga lah. Hehe.
Baiklah, sedikit kutipan di buku ini dari halaman 149-160.

Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hambaNya.

Henderik Rookmaaker, professor seni asal Belanda pernah berkata:
Tukang-tukang ledeng yang menyampaikan pembicaraan penginjilan yang hebat tetapi membiarkan air bocor tidaklah melakukan pekerjaannya. Mereka tukang ledeng yang buruk. Jelas bahwa mereka tidak mengasihi sesamanya. Makna pekerjaan terletak dalam kasih kepada Allah dan sesama. Setiap orang harus berdoa dengan caranya sendiri, “Dimuliakanlah namaMu. Datanglah KerajaanMu,” lalu bekerja ke arah itu dalam pekerjaannya yang khas.

Marthin Luther pernah menulis:
Pembantu perempuan yang menyapu dapurnya melakukan kehendak Allah tepat seperti biarawan yang berdoa – bukan karena ia bisa menyanyikan himne Nasrani sambil menyapu, melainkan karena Allah menyukai lantai yang bersih. Tukang sepatu Nasrani melakukan tugas Nasraninya bukan dengan membubuhkan tanda salib kecil di sepatu-sepatunya, melainkan dengan membuat sepatu yang baik, karena Allah tertarik kepada pertukangan yang baik.

C.S. Lewis juga pernah menulis:
Pekerjaan seorang Beethoven dan pekerjaan seorang wanita juru sapu menjadi rohani dalam keadaan yang persis sama, yakni jika dipersembahkan kepada Allah, jika dilakukan dengan rendah hati “seperti untuk Tuhan.” Tentunya hal ini tidak berarti bahwa orang tinggal melempar koin saja untuk menentukan apakah ia harus menyapu ruangan atau mengubah simfoni. Tikus mondok harus menggali tanah bagi kemuliaan Allah dan ayam jantan harus berkokok.

C.H. Spurgeon merangkum bagi kita:
“Kristus  adalah tuan dan kamu hambaNya.” Kolose iii.24
Untuk golongan pejabat pilihan manakah perkataan ini diucapkan? Kepada raja-raja congkak yang membanggakan hak ilahi? Ah, bukan! Terlalu sering mereka hanya melayani diri mereka atau Setan dan melupakan Allah yang dalam kesabaranNya mengizinkan mereka memasang mimik mulia mereka untuk waktu yang singkat. Kalau begitu, apakah sang rasul berbicara kepada mereka yang disebut “bapa-bapa yang amat terhormat di dalam Allah,” para uskup, atau “diaken agung yang mulia”? Tentu saja tidak. Paulus tidak tahu apa-apa tentang jabatan-jabatan ini yang adalah buatan manusia belaka.

 Kata-kata ini tidak juga diucapkan kepada para gembala dan  guru, atau kepada orang yang kaya dan terpandang di antara orang percaya, tetapi kepada para hamba, ya, dan kepada para budak. Di antara khalayak pekerja keras, para tukang, para pekerja harian, para pembantu rumah tangga, para bujang dapur, sang rasul menemukan – sebagaimana kita pun masih menemukannya – beberapa orang pilihan Tuhan, lalu ia berkata kepada mereka, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hambaNya.”

Perkataan ini menjadikan mulia pekerjaan duniawi yang rutin dan melelahkan serta membubuhkan lingkaran suci di sekeliling pekerjaan yang paling rendah. Membasuh kaki mungkin pekerjaan hamba, tetapi membasuh kakiNya adalah pekerjaan mulia. Membuka tali kasut adalah pekerjaan hina, tetapi membuka kasut Tuan yang agung adalah kehormatan ningrat. Toko, lumbung, dapur, dan bengkel pandai besi menjadi rumah ibadat ketika pria dan wanita melakukan segala sesuatu bagi kemuliaan Allah!

Maka “pelayanan ilahi” bukanlah soal beberapa jam atau beberapa tempat, melainkan seluruh kehidupan menjadi kudus bagi Tuhan, begitu pula setiap tempat dan barang, sedemikian kudus sebagaimana Kemah Suci dan kaki pelita emasnya.

Samuel Tumanggor pun menulis di bukunya:
*isinya tidak dapat saya muat disini karena begitu banyak dan padatnya hal yang bisa didapat. Silakan dan segera dibaca bukunya. ^^

dan tulisan ini ditutup dengan satu kalimat,
pada akhirnya, ketika mereka melihat pekerjaan baik yang dilakukan, mereka akan memuliakan Bapa yang di surga.

Monday 9 May 2011

Mengasihi Sepenuhnya


(dirangkum dari buku One Month to Live, Kerry & Chris Shook)

Pada hakikatnya, hubungan merupakan hal yang terpenting. Tidak masalah seberapa banyak uang yang kita miliki, di mana kita hidup, atau seberapa banyak mainan indah yang kita kumpulkan. Tidak satu pun dari hal ini yang bisa membuat kita nyaman, menghibur kita, menangis bersama kita, atau mengasihi kita. Hubungan kita dengan orang lain, itulah satu-satunya hal yang bisa bertahan melampaui waktu hidup kita.

Studi Sosial
Allah merancang kita untuk menjalin hubungan baik secara vertikal denganNya maupun secara horizontal dengan orang-orang di sekitar kita. Namun, sekalipun kita memiliki keinginan yang kuat untuk berhubungan dengan keluarga, teman-teman, dan komunitas kita, kita semua mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Harapan, kekecewaan, pengkhianatan, sakit hati, kebohongan, kesalahpahaman – ada begitu banyak halangan untuk mengasihi orang lain dan dikasihi mereka. Tapi, kita diciptakan untuk menjalin hubungan dan bagaimanapun rumitnya, setiap halangan itu haruslah kita hadapi.

Jadi mengapa kita tidak hidup seolah-olah hubungan kita merupakan hal yang paling berarti? Mengapa kita menunggu sampai orang-orang meninggal untuk memberi mereka bunga? Tampaknya ironis bahwa kebanyakan kita menghargai hubungan kita, tetapi tidak menggunakan energi untuk menjalin hubungan dengan sepenuhnya. Dalam aktivitas hidup kita yang berkecepatan tinggi dengan jadwal yang begitu padat, kebanyakan kita cenderung memperlakukan orang lain asal-asalan saja. Satu-satunya masalah adalah tidak peduli seberapa keras kita berusaha mengasingkan diri kita dari orang lain, hal itu bertentangan dengan sifat dasar kita. Kita semua dirancang sebagai makhluk yang hidup melalui hubungan dengan yang lainnya – makhluk sosial, yang ingin menjadi bagian kelompok. Itulah cara Allah menciptakan kita – sesual gambarNya.

Harga Kasih
Kita dirancang untuk menjalin keintiman sosial dan emosional dengan orang-orang di sekitar kita, tetapi kerinduan kita dicemari oleh kecenderungan sikap egois kita yang hanya memikirkan diri sendiri. Pada dasarnya, kedua kekuatan ini terus menerus berbenturan sepanjang hidup kita. Kita ingin mengasihi orang lain, dan sebagai balasannya kita ingin dikenal, disukai, dan dikasihi. Namun, orang-orang mengecewakan kita, melukai kita, dan tidak selalu menanggapi kita dengan cara seperti yang kita inginkan. Akhirnya, kita memutuskan untuk bermain aman, dan memberi tahu diri sendiri bahwa kita sesungguhnya sama sekali tidak membutuhkan mereka, tetapi hati kita memberi tahu hal yang sebaliknya. Bunda Teresa berkata bahwa kesepian adalah kemiskinan yang paling mengerikan. Ia benar – tanpa kasih kita bangkrut secara emosional.

Cinta tidak dapat dibeli, tetapi cinta tentu saja memiliki harga, dan itu disebut pengorbanan. Bahkan dalam hubungan yang terbaik sekalipun, ada rasa kehilangan yang menghantui – bahwa orang lain suatu hari nanti akan pergi meninggalkan kita sendiri. Kita tidak berhenti mencintai orang-orang ini, tetapi hati kita sakit karena kita tidak dapat bersama-sama dengan mereka dan tidak dapat selalu berhubungan dengan mereka hingga akhir. Di mana ada perjumpaan, suatu saat pasti ada perpisahan. Penderitaan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hubungan yang akrab.

Jika kita mau mencintai orang lain, menanggung sakit hati maupun merayakan berbagi kehidupan, kita akan membutuhkan kasih yang lebih besar dari kasih kita sendiri. Kita perlu mengalami kepenuhan kasih Allah bagi kita untuk mati bagi keinginan kita yang egois dan memberi kepada orang lain dengan cuma-cuma. kasihNya begitu besar, bahkan apabila kasih setiap orang di dunia ini dikumpulkan menjadi satu, kasihNya masih jauh lebih besar dari itu. Dengan mengetahui bahwa ada Allah yang memiliki kasih sebesar itu di belakang kita, maka kita akan siap juga untuk mengasihi orang lain dengan sepenuhnya.

Pengorbanan kasih yang terbesar dalam sejarah terjadi melalui kematianNya di kayu salib. Pengorbanan Allah mengingatkan kita tentang cerita seorang yang bekerja mengoperasikan jembatan tarik di sebuah pantai di sebuah kota pelabuhan kecil, setiap hari ia berjalan ke kantor di sebelah jembatan tarik, di mana ia bisa mengontrol pengungkitnya. Ia menarik pengungkit tersebut, jembatan tarik dengan rel kereta di atasnya akan naik, dan kapal yang sangat besar akan meluncur lewat. Kemudian ia menurunkan pengungkit itu, dan jembatan tarik itu akan merendah sehingga kereta bisa menyeberang dengan aman.

Hampir setiap hari anak laki-lakinya yang masih kecil pergi bekerja bersamanya. Suatu hari ketika mereka bersama-sama di sana, ayahnya menerima pesan lewat radio bahwa kereta yang tidak dijadwalkan sedang dalam perjalanan dan ia perlu menurunkan jembatan tarik itu. Ia memandang keluar jendela sepintas ketika ia menyentuh pengungkit itu, dan ia melihat anaknya sedang berada di luar bermain di gir besar jembatan tarik itu dekat pantai. Ia berteriak memanggil anaknya, tetapi anaknya tidak bisa mendengarnya karena semua keributan dan kebisingan dekat air itu.

Laki-laki itu berlari ke kantor dan berlari ke arah anaknya supaya bisa menggapainya dan menariknya ke tempat yang aman, tetapi kemudian kebenaran yang mengerikan menyentaknya. Jika ia tidak segera menurunkan pengungkit itu, kereta itu akan jatuh ke sungai dan ratusan penumpang akan mati. Namun, jika ia menurunkan jembatan itu, anaknya akan terbunuh. Pada detik terakhir, ia mengambil keputusan yang sangat berat, berlari kembali ke stasiunnya, da menarik pengungkit itu, jatuh berlutut dengan kesedihan yang luar biasa karena anaknya tergencet jembatan itu dan mati. Dengan air mata bercucuran di pipinya, ia melihat keluar dan melihat kereta itu melaju dengan aman di jembatan. Ia bisa melihat di salah satu jendela orang-orang sedang makan, minum dan tertawa, sama sekali tidak tahu pengorbanan terbesar yang baru saja ia lakukan sehingga mereka bisa tetap hidup.

Begitulah pengorbananNya yang begitu besar. Ketika kita berpikir tentang apa artinya berkorban bagi orang-orang di sekitar kita, mungkin kita perlu terlebih dahulu memikirkan seberapa besar Allah telah berkorban bagi kita. Karena begitu besar kasihNya kepada kita, Allah akan berkorban sekalipun hanya kita satu-satunya penduduk di dunia ini. Jika hanya kita satu-satunya penumpang di kereta itu, Ia masih akan tetap menurunkan jembatan tarik itu – itulah bukti kasihNya yang besar, mengasihi dengan sepenuhnya.

Dengan kasihNya sebagai fondasi kita, kita bisa menemukan kekuatan baru dalam cara berhubungan dengan orang lain. Kita tidak perlu menuntut balasan kasih dari mereka karena kasih yang kita berikan tidak bergantung pada pengakuan, balasan, dan izin dari mereka. Sama seperti Allah yang mengasihi kita dengan sempurna, tidak menuntut balasan apapun dari kita, begitu juga kita tentunya mengasihi orang lain – bahkan yang tidak kita kenal sama sekali, mengasihi mereka dengan sempurna, mengasihi dengan sepenuhnya.

Monday 2 May 2011

Berbesar Hati


Kembali mengalami sebuah kisah kecil yang mengajarkan hal bermakna.

Sabtu lalu mengikuti semifinal turnamen Futsal GMKI di Plaza Parahyangan. Pertandingan pertama semifinal berjalan dengan alot. Kedua tim saling menyerang dan bertahan dengan baiknya. Pada satu kesempatan, tim A berhasil menjebol gawang tim B, namun oleh wasit gol itu dianulir. Tim A kemudian berusaha mengejar wasit menuntut diubahnya keputusan itu sayangnya keputusan wasit sudah mutlak. Seorang pemain dari tim A  berusaha menenangkan timnya dan pertandingan dilanjutkan kembali.

Menjelang akhir pertandingan, tim B berhasil mencetak gol ke gawang tim A, namun gol tersebut kontroversial. Menurut pengamatan beberapa orang, bola belum melewati garis gawang. Namun wasit telah meniup peluit untuk mengesahkan gol tersebut dan kembali keputusan wasit bersifat mutlak. Beberapa pemain tim A berusaha mengintervensi wasit, bahkan beberapa pemain cadangan juga ikut masuk ke lapangan menuntut gol tersebut dianulir. Seorang pemain cadangan bahkan melempar botol minuman ke dalam lapangan. Kelihatannya pertandingan akan berakhir ricuh. Kembali seorang pemain tim A, pemain yang sama dengan yang kuceritakan di atas, berusaha menenangkan timnya. Akhirnya pertandingan pun berhasil dilanjutkan dan berakhir dengan kekalahan tim A.

Selesai pertandingan, beberapa pemain A mendekati wasit yang memimpin pertandingan. Kembali seorang pemain tim A, pemain yang sama, melerai dan menenangkan teman-temannya.

Kebetulan aku duduk di pinggir lapangan dan si pemain tim A, pemain yang berhati besar itu duduk di sebelahku. Dia mengobrol dengan temannya yang paling emosi atas kejadian tadi. Kira-kira kalimatnya seperti ini.

“Sudahlah, tidak perlu mempermasalahkan pertandingan tadi. Pertandingan tentunya tidak mungkin berlangsung sempurna. Selalu ada kesalahan-kesalahan kecil. Wasit juga manusia. Panitia sudah berusaha dengan optimal. Mari kita hargai. Lupakanlah kesalahan yang tadi. Lebih baik kita mempersiapkan diri untuk menghadapi perebutan juara tiga nanti. Berbesar hatilah kita.”

Aku dan seorang kawan pun terdiam mendengar setiap kalimatnya. Mungkin kalau aku di posisi mereka, aku juga tidak bisa menerima kekalahan yang kontroversial itu. Tapi, daripada menghabiskan waktu dan pikiran dengan hal yang sudah lalu, dia lebih memilih untuk berbesar hati dan memandang ke depan. Sungguh menginspirasi.

Akhirnya beberapa kami yang ada di sana pun sepakat bahwa sang pemain ini layak menjadi pemain terbaik di turnamen ini. Selain kemampuannya di lapangan yang di atas rata-rata, hal-hal tadi juga menegaskan kedewasaan berpikir yang dimilikinya. Mmmmm....

Sahabat Kecil


Banyak pembelajaran yang bisa didapat di luar bangku kuliah, terkhusus dalam pembelajaran akan makna kehidupan. Hari minggu lalu kembali aku mendapatkan pembelajaran yang sangat berharga dan para pengajar ini bukanlah seorang profesor, dosen, ataupun ahli lainnya. Para pengajar ini justru sahabat-sahabat kecil yang mungkin mereka sendiri tidak sadar bahwa kehidupan mereka telah memberikan inspirasi berharga bagi kami yang datang saat itu.

Hari Minggu kemarin, kami mengikuti Paskah GMKI ke Panti Asuhan ‘Rumah Pengharapan Baru’ di Lembang. Rencananya kami akan melakukan kebaktian disana, bernyanyi, mempersembahkan nyanyian dari vokal group, dan bermain dengan adik-adik di panti tersebut. Awalnya aku tidak berencana ke sana karena bentrok waktu dengan kegiatan yang lain, tapi karena beberapa hal, aku dan dua orang teman memutuskan untuk menyusul ke Lembang. Pada akhirnya aku sangat bersyukur kepada Tuhan akan keputusanku ini.

Sepertinya untuk mencapai panti ini bukan perkara gampang. Ketika kami masih seperempat jalan hujan turun, tapi kami memutuskan tetap lanjut ke sana. Sampai di panti, acara sudah berlangsung 1,5 jam. Kami mengikuti acara sisanya dan bersama yang lain bernyanyi, bermain permainan kecil, dan juga mengganggu adik-adik kecil yang mungkin masih berumur 1-2 tahun. Satu pembelajaran yang kudapat, banyak dari mereka yang tidak pernah mengenal ayah dan ibu mereka. Mereka tidak pernah merasakan kasih dari orangtua mereka. Bagaimana dengan aku? Kasih itu melimpah sejak aku kecil dan aku kadang lupa untuk menyukuri itu.



Ternyata panti ini memiliki hal penting lainnya. Panti ini tidak hanya tempat untuk anak kecil saja, tapi juga tempat tinggal beberapa orang wanita yang beberapa orang bahkan seumuran dengan kami yang datang. Sebenarnya aku agak tidak enak untuk menuliskan disini, tapi ini adalah kesaksian dari salah seorang kakak disana yang juga menjadi pembelajaran untukku, pembelajaran kedua, ketiga, dan keempat yang harus kita tanamkan dari sekarang. Sang kakak menceritakan tentang kehidupannya beberapa tahun lalu yang pernah berpacaran dan terjatuh ke dalam dosa hubungan pra nikah. Di poin ini aku belajar tentang bagaimana seharusnya hubungan yang terjalin antar dua orang yang harus selalu kudus hingga akhir hayat memisahkan. Bagi kawan-kawan yang membaca tulisan ini, mari jaga kekudusan hubunganmu kawan, kalau awak sih masih single, hehe.

Kemudian sang kakak juga bercerita bahwa setelah pacarnya mengetahui dia hamil, pacarnya ini meninggalkannya. Di sini aku belajar tentang bagaimanakah komitmen itu. Mungkin hubungan antara kita dan pasangan kita pernah salah, atau jatuh ke dalam dosa. Namun yang paling utama bukanlah kita lari dari masalah itu dan menjalani penyesalan yang panjang dan penuh putus asa, tapi bagaimana kita berusaha bangkit dan keluar dari masalah itu. Jangan lupa, ada Seseorang mengasihi kita dan telah berjanji memegang tangan kita ketika kita terjatuh. Buluh yang terkulai takkan dipatahkanNya. Dan sang kakak kemudian berjumpa dengan seorang teman yang berusaha menguatkannya dan mengingatkan lagi bahwa ada Seseorang yang selalu dan selalu mengasihinya.

Kemudian dia juga bercerita bahwa dia sempat memilih untuk melakukan aborsi, tapi setelah dia berjumpa dengan seorang teman ini, dia disadarkan bahwa keputusannya itu salah. Tuhan telah menitipkan suatu kehidupan baru di rahimnya dan merupakan tugas dan tanggung jawabnya untuk menjaga apa yang telah Tuhan berikan kepadanya. Awalnya dia berpikir bahwa anaknya akan cacat atau memiliki kekurangan karena dosa yang telah dilakukannya itu. Tapi setelah anak itu lahir, anak itu lahir dengan fisik yang sehat dan dia sangat bersyukur akan kelahiran anaknya ini. Sang kakak pun semakin lupa akan perihnya permasalahan yang dihadapinya dulu. Ini pembelajaran keempat yang kudapat, bahwa kesalahan, dosa yang kita buat, ketika kita telah menyesal dan mengaku akan kesalahan kita ini, maka Dia Yang Maha Baik dan Pengampun akan membuat hal baik dari kesalahan atau dosa kita itu.

Setelah kesaksian sang kakak, kami kembali bernyanyi, berfoto, dan akhirnya tiba saat berpisah untuk kembali ke Bandung. Kami membagikan kue dan mainan untuk sahabat-sahabat kecil kami dan jam 6 sore kami pun keluar dari rumah pengharapan itu. Ternyata cuaca di luar masih hujan dan selama kurang lebih 30 menit kami semua berdiri di luar memandang air hujan yang belum juga berhenti turun ke bumi pertiwi. Kami bermain bersama beberapa adik kecil yang ikut menemani kami menghabiskan waktu. Kemudian seorang kakak keluar dan mengajak kami kembali masuk ke dalam. Di dalam ruangan kami kembali bermain dengan sahabat-sahabat kecil. Mereka ternyata sudah mandi dan wangi anak kecil tercium di badan mereka. Jadi semakin gemas. Haha.

Jam 19.30, karpet digelar dan mereka semua duduk di sana. Ternyata mereka akan melakukan Doa Malam yang rutin dilakukan tiap hari di rumah itu. Biasanya mereka melakukan ini jam 20.30, tapi karena hari itu ada tiga kunjungan ke rumah itu termasuk kunjungan kami, mereka ingin beristirahat lebih cepat malam itu. Lagu-lagu pun dinyanyikan dan kemudian ditutup dengan doa bersama dan pembacaan ayat. Di sinilah pembelajaran kelima yang kudapat dan paling menohokku.

Seorang adik berumur 16 tahun memimpin doa bersama itu. Metodenya dia akan membacakan topik doa dan yang lain akan bersama-sama berdoa tentang topik itu. Seperti yang kutuliskan di atas, kebanyakan adik-adik yang ada disana tidak mengenal keluarga mereka sejak kecil, termasuk sang adik yang memimpin doa ini. Kemudian tiba pada satu topik doa yang menohokku, sang adik menyebutkan doa untuk keluarga. Kemudian mereka bersama-sama mendoakan keluarga mereka. Berbagai suara keluar, mulai dari suara anak paling kecil yang sudah bisa berdoa, dan suara yang sudah lebih tua dan juga kami. Mereka mendoakan keluarga. Keluarga yang mana? Keluarga yang tidak pernah mereka kenal. Keluarga yang mungkin tidak pernah mereka rasakan kasih sayangnya. Tapi mereka mendoakan keluarga mereka ini. Bagaimana dengan aku? Apakah aku ingat mendoakan keluargaku, yang telah kulihat sejak aku keluar dari kandungan dan selalu mengasihiku hingga sekarang? Ya aku ingat. Tapi kadang itu pun hanya formalitas saja. Sementara mereka melakukan itu tiap malam, tiap hari, mendoakan keluarga yang tidak pernah mereka kenal.
Ya, itu benar-benar sangat menohokku.

Kemudian setelah doa malam kami kembali bermain dengan adik-adik kecil. Sebelum pulang aku bermain dengan seorang adik. Beberapa minggu lalu dia baru berulang tahun dan sepertinya ingatan itu masih terus ada di kepalanya. Aku sedang memegang gitar dan kemudian dia berbisik, menyebut kata ‘selamat ulang tahun’. Aku sempat bingung sebelum seorang teman memberitahuku tentang fakta tadi. Baru aku sadar kalau dia memintaku melantunkan lagu ‘selamat ulang tahun’. Kemudian dia juga meminta lagu ‘happy birthday’, ‘tiup lilinnya’, dan ‘potong kuenya’. Kami menyanyikan ini berdua dan aku tidak bisa menggambarkan dengan kata-kata bagaimana perasaanku saat itu. Aku selalu merayakan ulang tahunku setiap tahunnya, menyanyikan lagu-lagu yang biasa dinyanyikan, tapi mungkin baru kali itulah aku benar-benar memaknai nyanyian itu bersama sahabat kecilku yang baru ini.

Setelah bernyanyi, dia kemudian melipat tangannya. Aku hanya mengamatinya saja, apalagi yang akan dilakukan adik kecil ini. Kemudian dia mengucapkan ‘Tuhan’, sambil melihat aku. Aku pun mengikutinya membilang ‘Tuhan’. Kemudian aku diam lagi dan memandang dia. Dia juga hanya memandangi aku. Setelah beberapa detik kami berpandang-pandangan, akhirnya aku sadar kalau dia ingin aku memimpin doa dan dia mengikutinya. Aku pun memimpin doa.
“Tuhan”, kataku.
“Tuhan”, katanya.
“Terima kasih aku sudah ulang tahun”, kataku.
“Telima kacih aku cudah ulang tahun”, katanya.
“Berkatilah aku Tuhan”, kataku lagi.
“Belkatilah aku Tuhan”, katanya dengan suara mungilnya.
“Semoga aku tambah baik”, balasku.
“Cemoga aku tambah baik”, jawabnya.
“Tambah pintar”, ucapku.
“Tambah pintal”, katanya.
“Dan tambah sayang sama Tuhan”, kataku kemudian.
“Dan tambah cayang cama Tuhan”, katanya lagi.
“Terimakasih ya Tuhan”, kataku.
“Telimakacih ya Tuhan”, katanya juga.
“Aminnn”, akhir dariku.
“Aminnnn”, akhir darinya.
Kemudian kucium dan menyalam tangannya. Selamat ulang tahun ya dek.



Kami pun meninggalkan rumah pengharapan itu. Seorang junior yang sedari tadi menggendong adik kecil hendak melepas adik kecil ini. Tapi adik kecil ini tidak mau. Kemudian si adik kecil menangis dan terus menangis, tidak ingin sang kakak meninggalkan rumah itu. Aku sempat bercanda kepada sang junior supaya dia tetap tinggal dan besok aja kembali ke Bandung. Akhirnya kami melepaskan adik itu dan dia terus menangis di gendongan kakak penghuni rumah. Sang junior pun akhirnya ikut menangis melihat air mata adik kecil yang terus terjatuh. Aku pun ikut menangis di dalam hati melihat kejadian itu dan berjanji dalam hati bahwa semoga ini bukan kunjungan yang hanya dilakukan pada saat event tertentu saja. Semoga kami bisa datang kesini lagi secara rutin bertemu dan berbagi kasih dan cerita dengan adik-adik di sana. Dan janji ini juga ternyata tidak tertanam di aku saja, tapi kedua puluh orang yang lain yang datang ke rumah itu, sore itu.

Sebelum meninggalkan tempat, aku juga sempat mengucapkan janji dengan beberapa sahabat kecil yang sudah sekolah SD. Mereka akan menghadapi ujian akhir semester dan kusemangati mereka agar terus semangat belajar dan sekolah hingga SMP, SMA, dan kuliah. Semoga Tuhan terus memberkati mereka.

Terimakasih kepada Ruben, Moses, Louis, Gaby, Morina, dan juga adik-adik lainnya yang telah menjadi guru dan memberikan pembelajaran akan makna kehidupan kepada kami. Begitu juga dengan kakak-kakak di sana yang telah menghadapi tantangan dan permasalahan, tapi bangkit dan terus berdiri teguh, tidak goyah. Tuhan memberkati kalian juga kak.

Sangat bersyukur akan hari ini. Akan pembelajaran yang kudapat. Benar pernyataan paling atas. Bahwa pembelajaran itu tidak hanya didapat berdasarkan teks saja, tapi justru akan benar-benar tertanam ketika kita melihat konteks, melihat langsung permasalahan ataupun kondisi yang ada.